Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Parlemen Inggris Tolak Kesepakatan Brexit, Bursa Asia Turun

Bursa Asia turun tipis pada perdagangan pagi ini, Rabu (13/3/2019), setelah bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) berakhir variatif.
Bursa Asia turun tipis pada perdagangan pagi ini, Rabu (13/3/2019), setelah bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) berakhir variatif./Reuters-ilustrasi
Bursa Asia turun tipis pada perdagangan pagi ini, Rabu (13/3/2019), setelah bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) berakhir variatif./Reuters-ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia turun tipis pada perdagangan pagi ini, Rabu (13/3/2019), setelah bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) berakhir variatif.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang turun tipis 0,1%, sedangkan indeks Nikkei Jepang turun 0,3% dan bursa saham Australia tergelincir 0,4%.

Pada perdagangan Selasa (12/3), indeks saham S&P 500 dan Nasdaq di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) mampu menguat, didorong prospek sikap dovish Federal Reserve tentang suku bunga.

Kendati demikian, indeks Dow Jones harus mengakhiri pergerakannya di teritori negatif terbebani jatuhnya saham Boeing untuk hari kedua berturut-turut pascakecelakaan pesawat Ethiopian Airlines Boeing 737 MAX 8 pada Minggu (10/3).

Saham Boeing Co. berakhir merosot 6,1% sekaligus mencatat penurunan dua hari terbesarnya sejak Juni 2009.

Semakin banyak negara yang melarang penerbangan pesawat Boeing 737 MAX keluaran perusahaan tersebut setelah kecelakaan di Addis Ababa, kecelakaan fatal kedua yang melibatkan model pesawat itu dalam lima bulan terakhir.

Tokoh Kongres AS, Senator Mitt Romney dan Elizabeth Warren juga mendesak regulator penerbangan AS, Federal Aviation Administration (FAA), untuk sementara menyetop operasional pesawat itu.

Indeks maskapai penerbangan pada Dow Jones pun turun 2%, sedangkan indeks industri pada S&P turun 0,9% meskipun tidak banyak berdampak pada penguatan indeks acuan ini secara keseluruhan pada akhir perdagangan Selasa.

Indeks S&P secara singkat namun mengikis kenaikan pada perdagangan sore di AS setelah kabar bahwa parlemen Inggris dengan tegas menolak kesepakatan yang telah diupayakan Perdana Menteri Theresa May bagi Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).

Daya tarik aset berisiko telah berkurang setelah anggota parlemen Inggris menolak kesepakatan Brexit Uni Eropa dengan PM May. Hal ini memaksa parlemen untuk memutuskan dalam beberapa hari ke depan apakah akan mendukung Brexit tanpa kesepakatan atau menunda Brexit pada menit-menit terakhir.

Anggota parlemen menentang amandemen kesepakatan Brexit dengan perbandingan suara 391-242. Dengan hasil ini, perundingan Brexit May dengan pemimpin UE pada Senin (11/3) pada akhirnya terbukti sia-sia.

Pada Rabu (13/3) waktu setempat, parlemen Inggris akan kembali mengadakan voting tentang apakah Inggris akan meninggalkan UE tanpa kesepakatan. Jika voting gagal mencari titik temu, akan dilangsungkan pengambilan suara lebih lanjut pada Kamis (14/3) untuk memutuskan apakah akan memperpanjang batas waktu Brexit.

“Voting hari ini (Rabu) tampaknya pasti bertentangan dengan pemerintah juga,” ujar David de Garis, seorang direktur ekonomi dan pasar di National Australia Bank.

"Dengan asumsi voting pada Kamis menghasilkan mayoritas suara yang mendukung penundaan - seperti yang kita harapkan – itu mungkin akan memberi kenyamanan bagi pound sterling,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper