Bisnis.com, JAKARTA – Produksi batu bara Kolombia mencapai 84,3 juta ton pada 2018, turun 7,4% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, akibat hujan lebat yang mengganggu operasi di tambang-tambang besar.
Data tersebut berasal dari Pemerintah Kolombia. Dilansir dari Reuters, Kamis (21/2/2019), produksi batu bara negara Amerika Latin itu melampaui 91 juta ton pada 2017, salah satu angka tertinggi dalam sejarah.
Sementara itu, pemain-pemain terbesar di industri batu bara salah satu negara eksportir tersebut adalah Drummond Co Inc, Glencore Plc, dan Colombia Natural Resources milik Murray Energy Corp. Ada pula Cerrejon, yang dimiliki oleh BHP Group Ltd, Anglo American Plc dan Glencore.
Perusahaan-perusahaan terkemuka di sektor ini baru-baru ini memperkirakan bahwa produksi dan ekspor batubara Kolombia kemungkinan akan tetap stabil tahun ini, di tengah prediksi bahwa harga bahan bakar internasional akan turun.
Sementara itu, Anglo American menyatakan mereka telah menangguhkan operasi di tambang batu bara kokas Moranbah North di Australia setelah satu pekerja meninggal dan beberapa lainnya terluka pada Rabu (20/2).
Perusahaan tambang yang terdaftar di bursa London itu melaporkan penyelidikan atas kecelakaan yang terjadi di bawah tanah antara pengangkut personel dan grader itu tengah dilakukan. Pengemudi grader dibawa dengan ambulans ke rumah sakit dan kemudian meninggal.
Baca Juga
Empat karyawan lainnya diangkut dengan helikopter ke rumah sakit di kota Mackay dan Rockhampton, dan sejak itu telah dipersilakan pulang.
“Kami sangat terpukul dengan peristiwa tragis ini yang menyebabkan hilangnya salah satu karyawan kami dalam insiden yang terjadi di Moranbah North,” kata Glen Britton, kepala eksekutif operasi bawah tanah Anglo American dalam keterangan tertulis.
Perusahaan konsultan AME Group di Sydney menuturkan tambang Moranbah North di Queensland bagian utara menghasilkan sekitar 7,68 juta ton batubara kokas pada tahun lalu, yang digunakan dalam pembuatan baja.