Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayora Indah (MYOR) Targetkan Penjualan Ekspor Tumbuh 15%-20% di 2019

PT Mayora Indah Tbk. menargetkan penjualan ekspor dapat tumbuh 15%-20% pada 2019, dengan Filipina sebagai kontributor utama. 
PT Mayora Indah Tbk/Mayora.com
PT Mayora Indah Tbk/Mayora.com

Bisnis.com, JAKARTA - PT Mayora Indah Tbk. menargetkan penjualan ekspor dapat tumbuh 15%-20% pada 2019, dengan Filipina sebagai kontributor utama. 

Global Marketing Director Mayora Indah Ricky Afrianto mengatakan, perseroan menargetkan penjualan ekspor dapat tumbuh 15%-20%, sama dengan target total penjualan perseroan pada tahun ini. Adapun, pada tahun lalu total penjualan perseroan diperkirakan tumbuh sekitar 16%. 

Jika mengacu pekiraan tersebut, maka penjualan MYOR diperkirakan mencapai Rp24,15 triliun pada 2018. Adapun, penjualan ekspor diperkirakan sekitar Rp12,07 triliun pada 2018. Dengan demikian, perseroan mengincar total penjualan sekitar Rp27,77 triliun - Rp28,98 triliun pada 2019. 

"[Kontribusi] ekspor kami hampir 50% [dari total penjualan], US$600 juta dari Filipina," katanya, Selasa (19/2/2019). 

Lebih lanjut, perseroan masih berharap negosiasi pemerintah dengan Filipina untuk meniadakan special safeguards (SSG) terhadap kopi instan dari Indonesia berbuah manis. Sebab, special safeguards membuat harga produk MYOR yang dipasarkan di Filipina dengan merek Kopiko Blanca, Kopiko Brown, dan Astig, tidak kompetitif di pasar. 

Ricky mengatakan, produk kopi kemasan MYOR memiliki pangsa pasar sebesar 45% di Filipina. Jika negosiasi tidak berhasil, maka MYOR akan mendirikan pabrik kopi kemasan di Filipina untuk menghindari SSG. 

Dia mengatakan perlu investasi senilai US$50 juta - US$75 juta secara bertahap. Pendirian pabrik tersebut diperkirakan mengambil porsi sekitar 10%-15% dari penjualan ekspor ke Filipina. 

Oleh karena itu, perseroan berharap negosiasi pemerintah dengan Filipina dapat berbuah manis.

"Kami lebih suka [mendirikan pabrik] di Indonesia. Karena jika dikenakan special safeguard dan mendirikan pabrik, maka penyerapan terhadap hasil pertanian dan tenaga kerja menjadi berkurang," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper