Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mempertahankan reboundnya dan menguat pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (18/2/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG menguat 1,20% atau 76,96 poin ke level 6.466,04 pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (15/2), IHSG berakhir terkoreksi 0,48% atau 30,93 poin di level 6.389,08. Indeks mulai rebound dari pelemahannya ketika dibuka naik 0,61% atau 39,19 poin di posisi 6.428,28 pagi tadi.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.425,92 – 6.471,93.
Seluruh sembilan sektor di zona hijau, dipimpin sektor aneka industri (+2,49%), tambang (+1,89%), dan infrastruktur (+1,73%).
Sebanyak 263 saham menguat, 127 saham melemah, dan 237 saham stagnan dari 627 saham yang diperdagangkan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang masing-masing naik 2,24% dan 2,16% menjadi pendorong utama pergerakan IHSG siang ini.
Indeks saham lainnya di kawasan Asia mayoritas juga menguat siang ini, di antaranya indeks SE Thailand (+0,12%), indeks PSEi Filipina (+1,28%), indeks FTSE Straits Time Singapura (+0,74%), dan indeks Malay KLCI (+0,13%).
Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing menguat 1,54% dan 1,85%, indeks Hang Seng Hong Kong menanjak 1,70%, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan naik 0,54%.
Secara keseluruhan, penguatan bursa saham Asia didorong harapan progres perundingan perdagangan Amerika Serikat-China di Washington dan lebih banyak stimulus kebijakan dari bank-bank sentral utama.
Indeks Dow Jones dan Nasdaq di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu berhasil mendorong kenaikannya untuk delapan pekan berturut-turut didorong spekulasi bahwa Amerika Serikat dan China akan menuntaskan kesepakatan mengenai konflik perdagangan mereka yang berkepanjangan.
Kedua belah pihak akan melanjutkan perundingannya pekan ini. Presiden AS Donald Trump mengatakan mungkin akan memperpanjang batas waktu pengenaan tarif yang sebelumnya ditetapkan pada 1 Maret demi mencapai kesepakatan. Pekan lalu, kedua belah pihak melaporkan progres perundingan yang telah berlangsung di Beijing.
Di samping itu, ada juga harapan yang berkembang akan kebijakan moneter yang lebih memprioritaskan aktivitas ekonomi dari sejumlah bank sentral dunia.
Data yang dirilis pekan lalu menunjukkan bank-bank China mencatatkan rekor pemberian pinjaman baru pada Januari 2019, seiring dengan upaya para pembuat kebijakan untuk mendorong kembali investasi yang lesu.
Sementara itu, risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve AS yang akan dirilis pada Rabu (20/2) diperkirakan memberi panduan lebih lanjut soal kenaikan suku bunga tahun ini.
“Mengingat adanya pembicaraan sejak pertemuan Januari yang mendukung sikap untuk ‘bersabar’, risalah The Fed nanti kira-kira akan mengulangi pesan dovish secara keseluruhan,” kata analis di TD Securities dalam sebuah riset.