Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Penjualan Ritel AS Picu Kekhawatiran, Bursa Asia Ikut Tertekan

Bursa saham Asia melemah pada perdagangan pagi ini, Jumat (15/2/2019), setelah rilis data penjualan ritel yang lemah dari Amerika Serikat (AS) memunculkan keraguan baru tentang kekuatan negara berekonomi terbesar di dunia tersebut.
BUrsa Asia/Reuters
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah pada perdagangan pagi ini, Jumat (15/2/2019), setelah rilis data penjualan ritel yang lemah dari Amerika Serikat (AS) memunculkan keraguan baru tentang kekuatan negara berekonomi terbesar di dunia tersebut.

Berdasarkan data Reuters, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang, yang pekan ini sempat terangkat sejumlah sentimen positif termasuk meredanya tensi konflik perdagangan AS-China, melemah 0,8%.

Pada saat yang sama, indeks Shanghai Composite turun 0,6%, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 1,2%, dan indeks Kospi Korea Selatan melorot 1,5%.

Pada perdagangan Kamis (14/2), indeks S&P 500 berakhir turun sekitar 0,3%, satu hari setelah menyentuh level tertingginya dalam 10 pekan yang didorong harapan bahwa pemerintah AS dan China dapat mencapai kesepakatan dalam perundingan perdagangan mereka pekan ini.

Namun optimisme soal negosiasi perdagangan dilemahkan oleh laporan dari Departemen Perdagangan AS yang menunjukkan penjualan ritel pada Desember 2018 mengalami penurunan terbesar dalam lebih dari sembilan tahun. Hal ini serta merta memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi.

Penjualan ritel turun 1,2% pada Desember 2018, penurunan terbesar sejak September 2009. Hasil ini jauh lebih buruk dari prediksi ekonom dalam survei Reuters untuk kenaikan 0,2%.

Laporan yang mengejutkan itu menyebabkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal IV/2018 berkurang menjadi di bawah tingkat tahunan 2,0%, jauh di bawah perkiraan sebelumnya sebesar 2,7% sekitar sepekan lalu.

Kazushige Kaida, kepala valuta asing di State Street di Tokyo, mengutarakan keterkejutannya dengan data penjualan ritel AS tersebut.

“Penurunan yang luar biasa, tampaknya sebagian disebabkan oleh penutupan pemerintah (government shutdown) meskipun tidak jelas sejauh mana dampak penutupan tersebut,” ujar Kaida.

“Akan terlalu dini untuk berpikir bahwa ekonomi AS telah kehilangan tenaga sepenuhnya. Kita harus menunggu data-data lain dalam beberapa bulan mendatang,” tambah Kaida.

Penurunan penjualan ritel disertai dengan data yang menunjukkan peningkatan tak terduga dalam jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim untuk tunjangan pengangguran pekan lalu.

Turut memperkeruh sentimen pasar, Presiden AS Donald Trump hari ini akan mengumumkan kondisi darurat nasional dalam upaya untuk mendanai tembok perbatasan AS-Meksiko tanpa persetujuan Kongres.

Keputusan itu kemungkinan akan membawanya ke sidang pengadilan untuk menghadapi Kongres terkait kewenangan konstitusional.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper