Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Jelang Lelang Hari Ini, Harga SUN Bergerak Terbatas

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) akan cenderung bergerak terbatas jelang pelaksanaan lelang penjualan SUN, Selasa (12/2/2019).
Ilustrasi Surat Utang Negara./Bisnis.com
Ilustrasi Surat Utang Negara./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) akan cenderung bergerak terbatas jelang pelaksanaan lelang penjualan SUN, Selasa (12/2/2019).
 
Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan hari ini, pemerintah berencana mengadakan lelang SUN dengan target penerbitan senilai Rp15 triliun dari 7 seri SUN yang ditawarkan kepada investor. 
 
"Kami perkirakan pelaku pasar masih akan mencermati pelaksanaan lelang sebelum kembali melakukan transaksi di pasar sekunder," tuturnya dalam riset harian, Selasa (12/2).
 
Made melanjutkan dengan faktor pertimbangan tersebut, harga SUN masih akan bergerak fluktuatif dalam jangka pendek. Oleh karena itu, SUN tenor pendek dan menengah masih disarankan sebagai pilihan investasi. 
 
"Selain itu, kami juga tetap menyarankan kepada investor untuk mencermati arah pergerakan harga SUN di pasar sekunder dengan fokus pada pergerakan nilai tukar rupiah," tambahnya.
 
Adapun seri - seri yang menarik pada kondisi tersebut di antaranya seri FR0070, FR0077, FR0053, FR0073, FR0074, dan FR0056.
 
Pada perdagangan Senin (11/2), harga SUN terkoreksi di tengah sentimen negatif pasar global serta masih dipengaruhi oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Perubahan tingkat imbal hasil mencapai 9,8 bps dengan rata-rata kenaikan sebesar 4,4 bps setelah mengalami adanya koreksi harga hingga sebesar 102 bps. 
 
Untuk SUN seri acuan, semua serinya mengalami kenaikan imbal hasil antara 5,3-9,8 bps, didorong oleh adanya penurunan harga hingga 23-86 bps. 
 
Kenaikan tingkat imbal hasil tertinggi didapati pada SUN seri acuan bertenor 15 tahun, yakni sebesar 9,8 bps, setelah mengalami penurunan harga mencapai 86 bps. Diiringi SUN seri acuan bertenor 10 tahun dan 20 tahun yang mengalami kenaikan yield masing-masing 7,4 bps dan 6 bps, yang disebabkan oleh perubahan harga masing-masing sebesar 52 bps dan 59 bps. 
 
Perubahan tingkat imbal hasil terendah didapati pada SUN seri acuan bertenor 5 tahun, yakni sebesar 5,3 bps, yang diakibatkan oleh penurunan harga sebesar 23 bps.

Dari eksternal, ada sentimen negatif perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat dirilisnya data Industrial Production Italia dan Prancis periode Desember 2018 yang mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Dengan dirilisnya data tersebut, pelaku pasar merespons kemungkinan pelemahan ekonomi untuk wilayah Eropa sehingga mengalihkan aset investasinya ke instrumen yang lebih aman. 
 
Selain itu, isu perang dagang AS-China juga memicu kekhawatiran para investor akibat tidak ditemuinya kesepakatan dagang lebih lanjut antara kedua negara.
 
Kenaikan imbal hasil juga terlihat pada SUN berdenominasi dolar AS, di tengah penguatan yield US Treasury. Imbal hasil INDO24 dan INDO29 mengalami kenaikan masing-masing 5,9 bps ke level 3,843% dan 3,1 bps ke level 4,171%, didorong penurunan harga sebesar 28 bps dan 26,6 bps. 
 
Adapun yield INDO44 dan INDO49 masing-masing naik 1,8 bps ke level 4,974% dan 2,9 bps ke level 4,917% setelah mengalami koreksi harga sebesar 30,6 bps dan 48,7 bps.
 
Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yakni senilai Rp5,52 triliun dari 44 seri yang dilaporkan. 
 
Volume perdagangan tertinggi didapati pada seri FR0078, yakni Rp2,509 triliun dari 48 kali transaksi. Dilanjutkan seri FR0077 dan FR0065, masing-masing sebesar Rp1,826 triliun dari 28 kali perdagangan dan Rp1,462 triliun dari 28 kali transaksi. 
 
Untuk perdagangan Sukuk Negara, volume terbesar didapati pada seri SR008 dengan nilai Rp563,49 miliar dari 12 kali transaksi. Disusul Project Sukuk Negara seri PBS016 senilai Rp270 miliar untuk 2 kali transaksi.
 
Pada perdagangan awal pekan ini, volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan lebih kecil dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya, yakni Rp625,66 miliar dari 47 seri yang diperdagangkan.
 
Volume perdagangan terbesar didapati pada seri Obligasi Berkelanjutan II Bank CIMB Niaga Tahap I Tahun 2016 Seri B (BNGA02BCN1) senilai Rp101 miliar dari 2 kali transaksi. Diikuti seri Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap I Tahun 2016 Seri B (BBRI02BCN1) dan seri Obligasi Berkelanjutan IV Adira Finance Tahap II Tahun 2018 Seri C (ADMF04CCN2), masing-masing senilai Rp60 miliar dari 3 kali transaksi dan Rp50 miliar untuk 1 kali transaksi. 
 
Selanjutnya, seri Obligasi I Indonesia Infrastructure Finance Tahun 2016 Seri A (IIFF01A) dengan volume perdagangan Rp45 miliar untuk 1 kali transaksi.
 
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan sebesar 73 pts (0,52%) di level Rp14.038 per dolar AS. Pergerakan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sepanjang sesi perdagangan pada kisaran Rp13.940-Rp14.048 per dolar AS.
 
Kondisi ini terjadi seiring pelemahan sebagian besar nilai tukar mata uang regional terhadap dolar AS.

Mata uang regional dengan penguatan tertinggi adalah baht Thailand (THB) sebesar 0,31% dan rupee India (INR) sebesar 0,18%. Adapun pelemahan terdalam terjadi pada renminbi China (CNY) sebesar 0,66% dan diikuti rupiah Indonesia (IDR), yen Jepang (JPY), serta dolar Taiwan (TWD) yang melemah masing-masing sebesar 0,52%, 0,43%, dan 0,23%.
 
Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun ditutup menguat 75 bps ke level 2,65%. Hal yang sama juga terjadi pada US Treasury bertenor 30 tahun yang mengalami penguatan sebesar 40 bps ke level 2,99% di tengah kondisi pasar saham AS yang bergerak bervariasi. 
 
Indeks NASDAQ ditutup menguat 13 bps ke level 7307,90, sedangkan indeks DJIA ditutup terkoreksi 21 bps ke level 25053,11. 
 
Sementara itu, pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun mengalami penguatan di level 1,18% seiring dengan naiknya obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun di level 0,12%. 
 
Adapun obligasi Inggris ber enor 30 tahun menguat ke level 1,688%. Namun, obligasi Jerman bertenor 30 tahun mengalami koreksi sehingga berada pada level 0,742%.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper