Bisnis.com, JAKARTA - Komoditas emas diyakini akan menjadi produk derivatif primadona pada tahun ini, di tengah ketidakpastian global yang belum mereda hingga sekarang dan tahun politik 2019.
Chief Business Officer PT Rifan Financindo Berjangka Teddy Prasetya mengatakan, di RFB, emas masuk salah satu produk yang diminati untuk transaksi bilateral. Pada 2019 emas masih akan menjadi andalan perseroan untuk meningkatkan volume transaksi bilateral maupun multilateral.
Menurutnya total volume target tahun ini diharapkan dapat menembus angka 1,5 juta lot yang terdiri atas 1,1 juta lot untuk volume transaksi bilateral, dan 400.000 volume transaksi multilateral.
Realisasi angka tersebut, lanjutnya, akan didukung dengan pengembangan infrastruktur dan ekspansi sumber daya manusia. Salah satunya dengan penambahan jumlah dan skill tenaga pemasaran di tiap cabang. Saat ini RFB memiliki 10 kantor yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Solo, Medan, Pekanbaru, Palembang, dan Jogjakarta.
Dia menambahkan, harapan dan peluang masih terbuka luas untuk pertumbuhan pasar Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) pada tahun ini. Meski akan digelar pesta demokrasi pada April mendatang.
"Potensi terjadinya dinamika pada harga-harga komoditas itu pasti, namun pasar akan tetap stabil karena beberapa potensi permintaam kopi dan emas diprediksi masiu akan tetap tinggi," katanya pada acara investmen outlook dengan tema "Kemilau Emas di Tahun Babi 2019" di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat (25/1).
Sementara itu untuk produk investasi sistem perdagangan alternatif, menurutnya seiring dengan membaiknya tingkat pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini, maka kemampuan berinvestasi nasabah pun mengalami peningkatan.
"Yang jelas fokus strategi kami tetap sama dengan sebelumnya, yaitu mengedukasi masyarakat seluas-luasnya agar makin banyak yang memahami dan meyakini pilihan berinvestasi di PBK dan berinovasi merancang aneka produksi investasi yang memenuhi kebutuhan nasabah dan pasar," katanya.
Terkait acara ini, Teddy mengatakan, diharapkan para nasabah dan tim internal FRB akan mendapat gambaran atau analisa yang bermanfaat dalam mengambil keputusan penting berinvestasi maupun menyusun strategi dan rencana bisnis yang tepat ke depannya.
Dimoderatori oleh Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Chamdan Purwoko, hadir sebagai pembicara Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta Stephnus Paulus Lumintang, Dirut PT Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhiyadi, Dirut PT RFB Ovide Decroli, Pengamat Politik Yunarto Wijaya, dan Pakar Fengshui Mas Dian MRE.
Chief Business Officer PT Rifan Financindo Berjangka Teddy Prasetya mengatakan, di RFB, emas masuk salah satu produk yang diminati untuk transaksi bilateral. Pada 2019 emas masih akan menjadi andalan perseroan untuk meningkatkan volume transaksi bilateral maupun multilateral.
Menurutnya total volume target tahun ini diharapkan dapat menembus angka 1,5 juta lot yang terdiri atas 1,1 juta lot untuk volume transaksi bilateral, dan 400.000 volume transaksi multilateral.
Realisasi angka tersebut, lanjutnya, akan didukung dengan pengembangan infrastruktur dan ekspansi sumber daya manusia. Salah satunya dengan penambahan jumlah dan skill tenaga pemasaran di tiap cabang. Saat ini RFB memiliki 10 kantor yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Solo, Medan, Pekanbaru, Palembang, dan Jogjakarta.
Dia menambahkan, harapan dan peluang masih terbuka luas untuk pertumbuhan pasar Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) pada tahun ini. Meski akan digelar pesta demokrasi pada April mendatang.
"Potensi terjadinya dinamika pada harga-harga komoditas itu pasti, namun pasar akan tetap stabil karena beberapa potensi permintaam kopi dan emas diprediksi masiu akan tetap tinggi," katanya pada acara investmen outlook dengan tema "Kemilau Emas di Tahun Babi 2019" di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat (25/1).
Sementara itu untuk produk investasi sistem perdagangan alternatif, menurutnya seiring dengan membaiknya tingkat pertumbuhan perekonomian Indonesia pada tahun ini, maka kemampuan berinvestasi nasabah pun mengalami peningkatan.
"Yang jelas fokus strategi kami tetap sama dengan sebelumnya, yaitu mengedukasi masyarakat seluas-luasnya agar makin banyak yang memahami dan meyakini pilihan berinvestasi di PBK dan berinovasi merancang aneka produksi investasi yang memenuhi kebutuhan nasabah dan pasar," katanya.
Terkait acara ini, Teddy mengatakan, diharapkan para nasabah dan tim internal FRB akan mendapat gambaran atau analisa yang bermanfaat dalam mengambil keputusan penting berinvestasi maupun menyusun strategi dan rencana bisnis yang tepat ke depannya.
Dimoderatori oleh Wakil Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Chamdan Purwoko, hadir sebagai pembicara Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta Stephnus Paulus Lumintang, Dirut PT Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhiyadi, Dirut PT RFB Ovide Decroli, Pengamat Politik Yunarto Wijaya, dan Pakar Fengshui Mas Dian MRE.