Bisnis.com, JAKARTA — Harga tembaga dan logam dasar lainnya merosot seiring dengan data perdagangan China pada Desember 2018 menuruh sehingga melemahkan proyeksi permintaan komoditas.
Analis Huatai Futures Wu Xiangfeng mengatakan bahwa data tersebut sangat berbanding terbalik dengan harapan investor pada pekan lalu yang menantikan tren bullish untuk pasar logam dasar.
"Data perdagangan yang sangat berbeda jauh dari ekspetasi pasar telah membuat investor kembali ke realitas," ujar Wu Xiangfeng, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (14/1/2019).
Adapun, komoditas tembaga dan logam dasar lainnya sempat bergerak positif di zona hijau memberikan sinyal bullish untuk investor menyusul keoptimisan pasar terkait dengan perundingan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang akhirnya menghasilkan kesepakatan.
Wu Xiangfeng mengatakan akibat data perdagangan China yang lemah, investor kini akan menjadi jauh lebih berhati-hati dalam merespon kabar dan berita prediksi bullish yang tersebar di pasar.
Berdasarkan data perdagangan China, baik data ekspor maupun impor negeri panda tersebut menurun.
Baca Juga
Jumlah impor tembaga China pada Desember 2018 telah jatuh cukup signifikan menjadi 429.000 metrik ton dibandingkan dengan jumlah impor tembaga pada November 2018 yang mencapai 460.000 metrik ton.
Jumlah impor tembaga China Desember 2018 pun juga menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 450.000 metrik ton.
Merosotnya jumlah impor logam dasar China menambahkan risiko proyeksi dan kekhawatiran pasar akan berkurangnya permintaan pasar terhadap logam. Pasalnya, China merupakan negara konsumen besi terbesar di dunia.
Harga tembaga di bursa berjangka Shanghai (SHFE) pada perdagangan hari ini, Senin (14/1/2019) pukul 14.00, bergerak merah, turun 0,32% atau 150 poin menjadi 47.030 yuan per ton.