Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gencar KSO, Begini Prospek Bisnis & Saham Garuda (GIAA)

Garuda Indonesia (GIAA) melakukan dua kerja sama operasional (KSO) pada 2018, yakni dengan AirAsia Indonesia (CMPP) dan Sriwijaya Air. Bagaimana prospek kinerja dan sahamnya?
Pesawat Garuda Indonesia berada di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (26/11/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Pesawat Garuda Indonesia berada di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (26/11/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA— PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. melakukan dua kerja sama operasional (KSO) pada 2018, yakni dengan PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) dan PT Sriwijaya Air. Bagaimana prospek kinerja dan sahamnya?

Pada penutupan perdagangan Rabu (2/1/2019), saham GIAA turun 2,68% menuju Rp290. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp7,51 triliun.

Sebelumnya pada penutupan perdagangan akhir 2018, saham GIAA melesat 11,19% menuju Rp298. Dalam setahun, harga sahamnya terkoreksi 0,67% dari level Rp300.

Head of Research FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menyampaikan, ada sejumlah faktor yang berpotensi mendorong kinerja GIAA pada 2019. Hal ini merupakan buah dari inovasi manajemen baru.

Pertama, KSO dengan maskapai lain seperti Sriwijaya dan AirAsia akan memperbanyak jumlah penumpang dan cakupan destinasi. Tercatat Garuda dan Sriwijaya menguasai 51% pangsa pasar pesawat nasional.

"Garuda dapat menjadi pemimpin pasar maskapai, dari sebelumnya Lion Air. Terutama di segmen LCC yang paling banyak diminati," paparnya saat dihubungi, dikutip Rabu (2/1/2019).

Kedua, dari sisi layanan, GIAA melakukan inovasi dengan menyediakan fasilitas wifi dan film-film box office di dalam pesawat. Ketiga, penetrasi bisnis anyar dengan masuk ke usaha pesawat kargo.

Upaya-upaya tersebut berpotensi membuat GIAA membukukan laba bersih pada 2019. Namun, Wisnu menilai cukup sulit memenuhi target laba Rp1 triliun seperti yang disampaikan oleh manajemen.

Dari sisi saham, pelaku pasar terlihat cukup optimistis terhadap prospek GIAA. Valuasi juga cukup menarik dengan PBV 0,53 kali, kendati PER masih negatif akibat pembukuan rugi bersih.

Dia pun merekomendasikan wait and see terhadap investor hingga perbaikan kinerja GIAA tergambar dalam laporan keuangan per Maret 2019.

"Strategi inovasi GIAA baru akan terlihat tahun depan. Jadi sebaiknya wait and see dulu untuk sahamnya," imbuhnya.

Dalam risetnya, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Lee Young Jun menyampaikan, selain dari KSO, pendapatan GIAA dapat meningkat seiring dengan upaya perusahaan masuk ke bisnis pesawat kargo. Namun, kontribusi bisnis baru diperkirakan belum terlalu signifikan.

Pada 2018, diperkirakan pendapatan perusahaan diperkirakan mencapai US$4,35 miliar dan rugi bersih US$42,4 juta. Pada 2019, pendapatan dapat meningkat menuju US$4,65 miliar dengan laba bersih US$44,1 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper