Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Harga SUN Berpeluang Naik Lagi

Hal ini didorong oleh penurunan imbal hasil US Treasury serta potensi penguatan nilai tukar rupiah seiring melemahnya dolar AS terhadap mata uang utama dunia setelah FOMC Meeting memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih berpeluang untuk mengalami kenaikan pada perdagangan Kamis (20/12/2018).

Hal ini didorong oleh penurunan imbal hasil US Treasury serta potensi penguatan nilai tukar rupiah seiring melemahnya dolar AS terhadap mata uang utama dunia setelah FOMC Meeting memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Dengan kenaikan ini, Fed Fund Rate (FFR) berada di level 2,25% dan 2,50%. 

Namun, pelaku pasar masih akan mencermati hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), yakni apakah BI akan mengikuti keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan atau mempertahankannya di level 6% seiring dengan relatif stabilnya pergerakan rupiah dan terjaganya laju inflasi.
 
Indikator teknikal mulai menunjukkan sinyal tren kenaikan harga SUN, terutama pada tenor hingga 10 tahun seiring dengan kenaikan harga yang terjadi dalam beberapa perdagangan terakhir. 
 
"Pelaku pasar perlu mewaspadai dampak dari koreksi yang terjadi di pasar saham AS terhadap pasar keuangan kawasan regional pada perdagangan hari ini," paparnya dalam riset harian, Kamis (20/12).
 
Dengan mempertimbangkan potensi kenaikan harga yang juga didukung oleh faktor teknikal, Made menyarankan strategi trading jangka pendek memanfaatkan momentum tren kenaikan harga. 
 
Beberapa seri SUN yang masih cukup menarik untuk diperdagangkan di tengah potensi kenaikan harga dalam jangka pendek, di antaranya seri FR0053, FR0061, FR0035, FR0043, FR0063, FR0071, FR0073, FR0058, FR0074, FR0068, dan FR0072. 

Pada perdagangan Rabu (19/12), harga SUN mengalami kenaikan seiring dengan turunnya imbal hasil obligasi global dan menguatnya rupiah. Perubahan tingkat harga yang terjadi mencapai 70 bps sehingga berdampak terhadap penurunan tingkat imbal hingga 12 bps. 
 
Kenaikan harga sebesar 15 bps didapati pada SUN bertenor pendek, di mana hal tersebut mendorong terjadinya penurunan yield hingga mendekati 7 bps. Di SUN bertenor menengah, harga naik antara 5-25 bps, yang menyebabkan imbal hasil turun di rentang 1 bps-7 bps. 
 
Untuk SUN tenor panjang, kenaikan harganya mencapai 70 bps sehingga yield turun sampai 12 bps. 
 
Kenaikan harga juga terjadi di SUN seri acuan, di mana kenaikan harga sebesar 25 bps dan 55 bps telah mendorong penurunan imbal hasil tenor 5 tahun dan 15 tahun masing-masing 7 bps ke level 7,926% dan 8,195%. 
 
Kenaikan harga sebesar 70 bps di seri acuan dengan tenor 10 tahun menyebabkan imbal hasil turun 11,8 bps ke level 7,957%. Sementara itu, untuk seri acuan bertenor 20 tahun, harganya naik 40 bps sehingga menurunkan imbal hasil sebesar 4,7 bps ke level 8,385%.

Adapun yield obligasi global pada perdagangan kemarin masih bergerak dengan kecenderungan turun. Imbal hasil US Treasury dengan tenor 10 tahun ditutup turun di level 2,779% dan tenor 30 tahun ditutup di level 3,00%.  

Imbal hasil US Treasury dengan tenor panjang mengalami penurunan yang cukup besar di tengah kekhawatiran investor bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat seiring dengan dinaikkannya FFR serta pengurangan dari neraca The Fed. 
 
Imbal hasil surat utang Jerman juga ditutup turun di level 0,236%, sedangkan yield obligasi Inggris dan Jepang ditutup naik masing-masing di level 1,285% dan 0,028%.
 
Sementara itu, rupiah ditutup menguat 62,2 pts atau 0,43% ke level Rp14.438,8 per dolar AS. Penguatan ini mendorong investor untuk kembali melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN), terlebih didukung oleh penurunan imbal hasil obligasi global terutama dari penurunan yield US Treasury. 
 
Investor cukup aktif melakukan perdagangan yang tercermin pada peningkatan volume perdagangan di pasar sekunder.

Di sisi lain, pergerakan SUN berdenominasi dolar AS justru terlihat terbatas meskipun dengan kecenderungan mengalami kenaikan. Hal ini dipengaruhi oleh pelaku pasar yang menantikan hasil FOMC Meeting yang akan mempengaruhi pergerakan imbal hasil US Treasury yang menjadi acuan perdagangan SUN berdenominasi dolar AS.
 
Harga INDO23 dan INDO28 masing-masing naik 7,5 bps, yang mendorong terjadinya penurunan yield secara berturut-turut sebesar 2 bps dan 1 bps ke level 4,112% dan 4,494%. Adapun harga INDO43 relatif tidak banyak mengalami perubahan, sehingga imbal hasilnya berada di level 5,138%.
 
Volume perdagangan SBN yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mencapai Rp10,23 triliun dari 43 seri yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan senilai Rp2,19 triliun. 
 
Obligasi Negara seri FR0078 menjadi SUN dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp1,604 triliun dari 58 kali transaksi di harga rata-rata 102,63%. Diikuti oleh Obligasi Negara seri FR0065 senilai Rp1,106 triliun dari 39 kali transaksi di harga penutupan 86,80%. 
 
Dari perdagangan Sukuk Negara, Project Based Sukuk seri PBS019 menjadi seri dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp140 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata-rata 99,37%. Diikuti perdagangan seri PBS016 senilai Rp100 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata-rata 98,73%.
 
Adapun volume perdagangan surat utang korporasi yang dilaporkan senilai Rp2,62 triliun dari 48 seri yang diperdagangkan. 
 
Obligasi I Moratelindo Tahun 2017 Seri B (MORA01B) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp400 miliar dari 10 kali transaksi di harga rata-rata 100,00%. Diikuti Obligasi Berkelanjutan I Bank Sulselbar Tahap I Tahun 2016 (BSSB01CN1) senilai Rp249 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata-rata 100,00%. 
 
Sukuk Mudharabah Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry I Tahun 2018 Seri B (SMLPPI01B) menjadi sukuk negara dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp384,9 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata-rata 100,00%. Diikuti Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Global Mediacom Tahap II Tahun 2017 (SIBMTR01CN2) senilai Rp50 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata-rata 102,00%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper