Bisnis.com, JAKARTA--PT Barito Pacific Tbk. bakal menggunanan dana rights issue untuk membayar utang kepada Bangkok Bank sekaligus mengurangi beban bunga.
Direktur Utama Barito Pacific Agus Salim Pangestu mengungkapkan, perseroan memperoleh dana senilai Rp8,9 triliun. Dana tersebut telah berhasil digunakan untuk pengembangan aset properti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. dan membangun pembangkit tenaga listrik berkapasitas 2x1.000MW Ultra Super-critical Jawa 9 dan 10, menggunakan teknologi uap, yang bekerja sama dengan anak usaha PT Pembangkit Listrik Negara (PLN).
Adapun rencana penggunaan right issue, senilai Rp7,35 triliun untuk mengakuisisi saham Star Energy dengan transaksi inbreng dan sisanya untuk modal kerja Rp1,47 triliun pembangkit listrik. Dia mengungkapkan, rencana alokasi penggunaan dana pembangkit, akan digunakan sebesar US$75 juta untum membayar utang kepada Bangkok Bank.
"Sebenarnya, aloksi dana untuk pembangkit listrik Jawa 9 dan 10 enggak perlu sebanyak itu. Kami merencanakan ulang penggunaan dana rights issue, untuk membayar utang senilai US$250 juta ke Bangkok Bank dan yang mau digunakan dari rights issue US$50-US$75 juta," ungkapnya di Jakarta, Rabu (28/11/2018).
Sebagai informasi, BRPT memperoleh pinjaman senilaj US$250 juta dari Bangkok Bank dengan tenor 18 bulan pada Maret 2017. Pinjaman ini digunakan untuk membayarkan pinjaman sebelumnya sebesar US$60 juta dan juga digunakan sebagai uang muka investasi Star Energy Group Holding Pte Ltd. Fasilitas pinjaman ini dijaminkan dengan menggunakan saham yang dimiliki perseroan pada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk..
Direktur Independen Barito Pacific David Kosasih menggungkapkan, perseroan berencana menurunkan utang kepada Bangkok Bank menjadi US$175 juta. Dia mengungkapkan, penurunan pokok pinjaman tersebut untuk melakukan efisiensi pada neraca keuangan.
Bila emiten bersandi saham BRPT menurunkan pokok pinjaman, maka bunga yang diperoleh berpotensi lebih rendah dan tenor menjadi lebih panjang. Kini BRPT berhasil memperpanjang tenor pinjaman dari Bangkok Bank, menjadi jatuh tempo pada September 2019.
"Bunga lebih rendah, tenor lebih panjang. Kami bisa menurunkan beban bunga hingga 30%," tutur David.
Adapun beban keuangan BRPT hingga September 2018 senilai US$159,3 juta, atau naik 49,5% year on year, dari posisi US$106,51 juta.
Di tengah penguatan nilai tukar dolar, perseroan tidak khawatir akan kondisi tersebut, sebab pendapatan telah dalam dolar. Namun, perseroan telah mengantisipasi penaikan suku bunga pinjaman dengan melakukan hedging bunga, untuk mengurangi risiko.
Dalam laporan keuangan September 2018, pendapatan bersih BRPT senilai US$2,35 miliar, atau naik 29,3% dari posisi US$1,83 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan tersebut berasal dari Chandra Asri Petrochemical senilai US$1,96 miliar, Star Energy US$391 juta dan lain-lain senilai US$4 juta.