Bisnis.com, JAKARTA – Emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk. merampungkan program penguatan jaringan 4G perseroan di 3 provinsi, dari target sebanyak 5 provinsi. Perseroan membidik pasar luar Jawa untuk penguatan basis pelanggan.
Berdasarkan memo yang dirilis perseroan, emiten dengan sandi ISAT tersebut menyampaikan rencana ekspansi perseroan telah sesuai jadwal. Progres penyesuaian tarif pun sesuai yang diharapkan industri operator.
“Hingga September 2018, Indosat telah menambah 6.755 BTS dengan 81,8% 4G BTS dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Kami terus melaksanakan inisiatif-inisiatif optimalisasi biaya sehingga mampu menekan beban keuangan,” ungkap Manajemen, Selasa (27/11/2018).
Perseroan menyebut pada kuartal III/2018, Indosat telah kembali membukukan pendapatan yang tercatat naik 6,2% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Kenaikan itu didukung pendapatan data yang tercatat meningkat 10%.
Margin EBITDA perseroan pad akuartal III/2018 pun tercatat stabil di kisaran 28,8% dan belanja modal sebesar Rp2,2 triliun. Adapun, sepanjang tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal pada kisaran Rp7 triliun.
ISAT mencatat basis pelanggan pada sembilan bulan pertama 2018, yaitu 64,1 juta orang atau mengalami penurunan 33,9% dibandingkan yoy. Meski jumlah pelanggan turun karena terdampak dari registrasi kartu prabayar, perseroan membukukan nilai churn yang lebih rendah yaitu 14,8%.
“Kami melihat peluang dalam jangka panjang dalam lingkungan pasar yang baru dengan basis pelanggan yang lebih loyal dan tingkat churn yang lebih rendah, yang pada akhirnya akan menuju margin yang lebih baik di masa mendatang,” ungkap perseroan.
Adapun, sepanjang tahun berjalan ISAT telah mengurangi porsi utang dalam dolar 54,8% atau dari sebelumnya US$44,6 juta menjadi sebesar US$20,1 juta. Dengan pelunasan sebagian utang tersebut, perseroan dapat meminimalisasi dampak dari fluktuasi nilai tukar pada bottomline.
Adapun, ISAT membukukan pendapatan sebesar Rp16,76 triliun pada kuartal III/2018, turun 25,72% secara yoy. Laba bersih perseroan turun lebih dalam yaitu 47,95% ke level Rp5,16 triliun.