Bisnis.com, JAKARTA—Exxon Mobil Corp. akan mengembangkan bisnisnya ke Beijing kendati tensi dagang antara AS dan China kian memanas.
Di saat sebagian besar perusahaan asal AS menghindari China akibat ancaman tarif, Exxon justru akan “memasang taruhan besar” untuk bergabung dengan pasar permintaan gas alam cair (LNG) yang melonjak di China.
Menurut manajer Exxon dan orang yang ikut dalam briefing rencana perusahaan, Exxon akan bergerak dalam dua jalur strategi, yaitu mengekspansikan hasil produksi gas super-dingin (super-cooled gas) yang diproduksinya di negara-negara seperti Papua Nugini dan Mozambik dan membuat pasar permintaan untuk pasokan yang ada tersebut di China dengan membuka hub impor dan penyimpanan pertama.
“[Kombinasi tersebut] akan memberikan jaminan, dengan kami memiliki saluran yang stabil untuk pasokan LNG selama berdekade,” kata manajer Exxon yang tidak ingin disebutkan identitasnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (18/10/2018).
Manajer itu menambahkan, salah satu target kebijakan perusahaan tahun ini adalah membuat daftar klien di China. “Permintaan gas alam di China meningkat sangat cepat, dengan impor melonjak lebih dari 10% secara tahunan saat ini karena program gasifikasi pemerintah dan meningkatnya permintaan industri, seperti petrokimia,” imbuh manajer tadi.
Adapun juru bicara Exxon menolak memberikan komentar terkait rencana investasi LNG perusahaan ke China tersebut. Adapun strategi tersebut akan memberikan manfaat tambahan bagi Exxon, yaitu menghindarkan perusahaan dari perang dagang global.
Baca Juga
Pasalnya, proyek masif LNG Exxon di Papua Nugini dan Mozambik tidak akan terkena tarif 10% yang diberikan China untuk pengiriman gas asal AS.
Jason Feer, Head of Business Intelligence di broker tanker LNG Poten&Partners, yang mencermati penjualan LNG menilai kesepakatan itu dapat memberikan tanda bahwa China akhirnya bersedia untuk membiarkan investasi asing masuk ke dalam sektor strategis di sana.
“[Investasi Exxon] akan menjadi tanda bahwa China bersedia untuk membiarkan investasi asing ke dalam sesuatu yang pada masa lalu dipandang sebagai 'strategis',” katanya.
Adapun Exxon merupakan perusahaan bergengsi asal AS yang tetap tertarik ke China kendati kondisi perang dagang memburuk. Selain Exxon, produsen mobil asal AS dan Eropa juga telah membuka atau mengembangkan pabriknya di China untuk menghindari tarif dan biaya transportasi. Bulan ini, Tesla Inc. telah mengakuisisi situs mobil dan kompleks manufaktur baterai (battery-manufacturing complex) di Shanghai.