Bisnis.com, JAKARTA—Emiten tambang batu bara yang tergabung dalam Grup Sinarmas, PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS), siap menambah produksi batu bara sejumlah 3 juta ton seiring dengan rencana pemerintah menambah kuota ekspor 100 juta ton pada 2018.
Sekretaris Perusahaan Golden Energy Mines Sudin menyampaikan, perseroan melalui anak usahanya PT Borneo Indobara (BIB) mengajukan tambahan produksi 3 juta ton. Revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) sudah disetujui oleh Kementerian ESDM.
Dengan demikian, BIB ditargetkan mampu memproduksi batu bara sejumlah 20 juta ton pada 2018. Dalam RKAB sebelumnya, perusahaan mendapat izin produksi 17 juta ton.
“Kami yakin produksi BIB akan mencapai 20 juta ton pada tahun ini sesuai persetujuan pemerintah,” tuturnya kepada Bisnis, Jumat (12/10/2018).
Tambang BIB yang terletak di Kalimantan Selatan memiliki kualitas batu bara 3.866—6.526 Kcal/kg. Jumlah cadangan mencapai 681,3 juta ton, dan estimasi sumber daya 1,83 miliar ton.
Pada semester I/2018, GEMS memproduksi batu bara sejumlah 9,09 juta ton. Perinciannya, Borneo Indobara berkontribusi 8,02 juta ton dan PT Kuansing Inti Makmur (KIM) menyumbang 1,07 juta ton.
Tahun ini, target volume produksi batu bara perseroan sebesar 21,8 juta ton, yang kemudian disesuaikan menjadi 24,8 juta ton. Sebelumnya pada 2017, realisasi produksi batu hitam sejumlah 15,6 juta ton.
Selain dari BIB dan KIM, GEMS juga mengoperasikan tambang lain melalui PT Trisula Kencana Sakti (TKS). TKS diharapkan menghasilkan batu bara sejumlah 300.000 ton dengan kalori tinggi 5.500 Kcal/kg.
Entitas Grup Sinarmas ini juga merampungkan akuisisi PT Barasentosa Lestari (BSL) pada akhir Agustus 2018. Namun, volume produksinya diperkirakan baru signifikan sejumlah 1 juta ton pada 2019.
Sebelumnya, Presiden Direktur Golden Energy Mines Bonifasius menyampaikan, langkah BIB menambah kuota produksi 3 juta ton adalah untuk mendukung kebijakan pemerintah menambah 100 juta ton ekspor.
“Kebijakan penambahan 100 juta ton ekspor harus didukung ketersediaan alat berat dan market. Penambahan [3 juta ton] yang kami minta sesuai kemampuan perusahaan dalam penyiapan peralatan, serta aspek lingkungan dan sosial,” tuturnya.
Perseroan mengajukan perizinan tambahan kuota produksi pada pertengahan Juli 2018. Dengan demikian, realisasi penambahan produksi dilakukan pada semester II/2018.
Boni menambahkan, 70% dari tambahan 3 juta ton produksi BIB akan dijual ke pasar ekspor seperti China, India, Korea Selatan, dan sebagian kecil ke negara lain.