Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Keuangan mengalokasikan kuota penjualan instrumen obligasi ritel Indonesia seri ORI015 kepada 17 mitra distribusi senilai total Rp10 triliun dan terbuka kemungkinan untuk menaikkan kuota bila permintaan meningkat.
Loto Srinaita Ginting, Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, mengatakan bahwa, pemerintah mengalokasikan penjualan instrumen surat berharga negara (SBN) ritel tahun ini sebesar kurang lebih Rp30 triliun.
Sepanjang tahun berjalan, pemerintah sudah menerbitkan 3 instrumen SBN ritel, yakni sukuk ritel seri SR-010 senilai Rp8,44 triliun, saving bond retail seri SBR003 senilai Rp1,93 triliun, dan SBR004 senilai Rp7,32 triliun. Total ketiganya mencapai Rp17,69 triliun.
Artinya, masih tersisa kurang lebih Rp12 triliun hingga Rp13 triliun lagi alokasi penjualan SBN ritel. Padahal, pemerintah masih akan menerbitkan dua instrumen SBR ritel lagi tahun ini, yakni ORI015 dan sukuk tabungan.
“Kalau nanti animonya besar, nanti kita lihat lagi. Kalau SBN ritel demand-nya lebih tinggi, berarti kita akan kurangi target di lelang rutin,” katanya usai membuka masa penawaran ORI015 di Bursa Efek Indonesia, Kamis (4/10/2018).
Loto optimistis instrumen ORI015 ini akan diserap pasar cukup tinggi, bahkan melebihi kuota yang diberikan pada para agen penjual. Pasalnya, instrumen ini diterbitkan dengan kupon tinggi, yakni 8,25%, lebih tinggi dibandingkan kupon SBR004 bulan lalu yang sebesar 8,05%.
Namun, berbeda dibandingkan SBR004, instrumen ORI tidak dipasarkan secara langsung oleh pemerintah secara online, tetapi melalui perantara penjualan oleh para mitra distribusi dengan kuota yang telah ditetapkan.
Meski begitu, para mitra distribusi yang sudah memiliki jaringan atau infrastruktur pemasaran yang cukup solid tentu bisa juga menjual instrumen ini secara online.
Instrumen ini akan dipasarkan dalam waktu yang relatif singkat, yakni 3 pekan hingga 25 Oktober 2018 mendatang. Berbeda dibandingkan ORI sebelumnya, investor ritel dapat membeli ORI015 dengan minimum pembelian hanya Rp1 juta dengan kelipatan Rp1 juta, bukannya Rp5 juta dengan kelipatan Rp5 juta.
Sementara itu, batas atas pemesanan per investor adalah Rp3 miliar. Hal ini memastikan instrumen ini benar-benar terserap oleh investor ritel dan menjangkau lebih banyak investor, terutama dari kalangan milenial.
Tahun lalu, ORI014 hanya mendulang minat sebesar Rp8,95 triliun lantaran kuponnya sangat rendah, yakni hanya 5,85%. Ini merupakan nilai penerbitan terendah sejak 2010, sedangkan kuponnya adalah yang terendah sepanjang sejarah ORI sejak 2016.