Bisnis.com, JAKARTA – Harga kakao sudah kembali menghijau dengan adanya perkiraan akan defisit pasokan pada 2019 dan peningkatan permintaan menyebabkan defisit pasokan.
Harga kakao di bursa Inercontinental Exchange (ICE) pada perdagangan Senin (1/10) kembali terkerek 19 poin atau 0,92% menjadi US$2.076 per ton dan mencatatkan kenaikan sepanjang 2018 berjalan hingga 9,73%.
Analis Bloomberg Intelligence Mike McGlone mengatakan bahwa harga kakao akan naik pada 2019 karena akan terjadi defisit pasokan dan kenaikan permintaan.
“Produksi kakao global akan menyusut tajam, melihat lahan pertanian kakao dan investasi yang menurun setelah hargaya turun sepanjang tahun ini, ditambah dengan kembalinya El Nino jika sesuai prediksi,” ujarnya, dikutip dari Bloomberg, Senin (1/10/2018).
Harga kakao sempat mencapai puncaknya pada 2015 – 2016 ketika terjadi fenomena kekeringan di Afrika Barat, Indonesia, dan banjir di Ekuador.
Selanjutnya, inflasi harga kakao terus menurun sejak Mei tahun ini karena adanya tanda kestabilan produksi pada musim April lalu yang mampu menghalau perkiraan defisit. Adapun, margin pembuat cokelat juga dapat meraup keuntungan dari biaya kontrak kakao yang terus menurun.
“Volatilitas tetap tinggi, melihat kekhawatiran akan keberlanjutan produksi kakao dan infrastruktur, termasuk penuaan tanaman, kontrol hama, ketidakstabilan politik dan spekulasi pasar.”