Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Bisnis-27 diperkirakan mengalami bullish reversal sepanjang Oktober 2018 setelah melewati fase trough level.
Anida ul Masruroh, analis Bisnis Indonesia Resources Center, mengatakan bahwa perkembangan terkait dengan upaya pemerintah untuk menekan current account deficit (CAD) hingga 2,7% terhadap produk domestic bruto (PDB) dan rilis laporan keuangan emiten kuartal III/2018 bisa menjadi katalis positif bagi kinerja Indeks Bisnis-27 sepanjang Oktober.
Sementara itu, anggota konstituen yang masih akan menjadi penggerak Indeks Bisnis-27 yaitu saham-saham emiten dari sektor pertambangan (dengan bobot indeks 2,96%), industri dasar dan kimia (12,38%), dan keuangan (41,93%).
"Selain dari bobotnya yang cukup besar, kinerja industri di sektor tersebut juga diperkirakan masih positif sehingga berpeluang menjadi motor penggerak Indeks Bisnis-27 pada bulan depan," kata Anida melalui risetnya, akhir pekan lalu.
Anida mengatakan, berbagai kebijakan pemerintah sebagai upaya untuk menahan pelebaran defisit neraca perdagangan telah ditempuh. Salah satunya adalah pengurangan impor minyak mentah dengan mensubstitusi ke pemanfaatan biodiesel dalam program B20.Tidak hanya itu, pemerintah juga menekan aktivitas impor dengan memberlakukan peningkatan tarif pajak penghasilan (PPh) impor untuk 900 komoditas.
Sementara itu, Bank Indonesia juga terus melakukan upaya dalam bentuk kebijakan yang cukup konsisten untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, salah satunya dengan kembali menaikkan suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps ke level 5,75%.
"Meskipun tekanan eksternal terkait perang dagang AS dan China cenderung mereda, risiko capital outflow yang meninggalkan emerging market harus terus diwaspadai seiring dengan penguatan ekonomi AS," katanya.
Anida mengatakan, saham-saham anggota konstituen Indeks Bisnis-27 yang paling banyak diborong oleh investor asing yaitu BBRI (61 juta saham), TLKM (46 juta saham), PTBA (36 juta saham), dan PGAS (33 juta saham). Indeks Bisnis-27 sudah menyentuh bottom-nya pada September dengan berbagai tekanan dari eksternal dan domestik.
Sementara itu, secara teknikal, Indeks Bisnis-27 telah breakout MA50 pada level 518 dengan kecenderungan bullish pada indikator stochastic oscillator. Adapun, indikator relative strength index terlihat netral. "Diperkirakan Indeks Bisnis-27 masih akan melanjutkan penguatan terbatas pada awal pekan depan dengan support-resistance di level 514-543," katanya.
Sepanjang 2018, sebagian besar kinerja indeks yang juga menjadi alternatif acuan baik fund manager maupun investor mengalami koreksi, kecuali IDX SMC Composite yang tumbuh 1,2 secara year-to-date. (ytd)
Indeks Bisnis-27 mengalami koreksi secara ytd sebesar 9,3%. Namun, koreksi indeks ini relatif lebih baik dibandingkan dengan LQ 45 dan Sri Kehati Indeks yang juga terkoreksi masing-masing sebesar 12,3% (ytd) dan 10,2% (ytd).
Saat ini valuasi Indeks Bisnis-27 berada pada harga premium dengan forward PE ratio sebesar 17 kali (di atas rata-rata historis 5 tahun dengan forward PE ratiosebesar 13 kali).
Indeks Bisnis-27 terlihat outperformed (lebih baik) terhadap IHSG yang juga memiliki valuasi premium, di mana forward PE ratio IHSG sebesar 15 kali (di atas rata-rata historis 5 tahun dengan forward PE ratio sebesar 12 kali).
Sepanjang tahun 2018, sebanyak delapan emiten yang tumbuh positif secara ytd yaitu emiten dari sektor industri dasar dan kimia yang diwakili oleh konstituen PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk tumbuh 221,3%.
Kondisi ini tidak terlepas dari meningkatnya permintaan kertas dari China sehingga mampu melejitkan harga kertas dan dapat menggenjot kinerja pendapatan emiten kertas.
Selanjutnya, sektor pertambangan yang masih menjadi leading sector diwakili oleh konstituen PT Bukit Asam Tbk tumbuh 75,61% (ytd) di tengah harga batu bara yang masih tinggi dan kinerja fundamental emiten positif yang pada kuartal II.
Sementara itu, 19 anggota konstituen lainnya terkoreksi sepanjang tahun 2018.