Bisnis.com, JAKARTA – Logam insdustri termasuk tembaga dibuka memerah tajam pada pekan ini karena kekhawatiran akan perang dagang AS dan China yang semakin memburuk, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan siap untuk menyerang dengan putaran tarif baru sehingga menahan prospek pertumbuhan permintaan.
Analis di Shanghai East Asia Futures Wang Yue memaparkan bahwa saat ini investor China semakin panik akan isu perang dagang. Hal itu menambah kekhawatiran akan outlook permintaan di China dan melanjutkan data bearish pada pekan lalu.
Nikel memimpin penurunan, anjlok sebesar 3,2% ke posisi US$12.250 per ton di London Metal Exchange dengan harga sebelumnya pada posisi US$12.345 per ton. Selain itu, tembaga mencatatkan penurunan hingga 1,4% ke bawah US$6.000 per ton menjadi US$5.892 per ton. Selanjutnya, disusul aluminium yang mengalami penurunan 1,7%.
Adapun, pada perdagangan Senin (17/9), hargar logam dasar di bursa Shanghai juga serentak memerah dengan tembaga menjadi yang terparah. Tembaga Shanghai mengalami penurunan 460 poin atau 0,95% menjadi 48.140 yuan per ton dan turun 12,72% selama 2018 berjalan.
Kemudian, harga seng Shanghai mencatatkan penurunan 200 poin atau 0,96% menjadi 20.550 yuan per ton dan mencatatkan penurunan 16,41% secara year-to-date (ytd). Kemudian disusul aluminium yang mengalami penurunan 55 poin atau 0,38% menjadi 14.530 yuan per ton dan turun 3,82% selama tahun berjalan.
Harga logam dasar terus tertekan dalam beberapa bulan terakhir karena serangan perang dagang dari AS menimbulkan kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan menyusutkan konsumsi logam dasar dan memacu penguatan dolar AS.
Trump telah menginstruksi pemerintahnya untuk meluncurkan tarif tambahan pada barang China senilai US$200 miliar meskipun Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sudah berencana kembali melangsungkan negosiasi dagang dengan China.
Penyampaian pendapat publik di AS terkait dengan tarif pada barang China senilai US$200 miliar telah ditutup dan ronde terbaru untuk tarif tambahan pada barang China senilai US$50 miliar sudah mulai berlaku.
Pada pekan lalu, perusahaan Goldman Sachs Group Inc. melaporkan bahwa akan ada penurunan lebih lanjut untuk harga-harga logam dasar, meskipun ada pandangan bahwa logam-logam tersebut sudah mulai oversold.
Selain itu, sejumlah analis ANZ mengatakan bahwa fokus semua orang saat ini akan tertuju pada negosiasi lanjutan perang dagang, dengan serangan tarif impor tambahan dari AS ke China akan terus menekan harga komoditas industri.
Penurunan aluminium juga diperparah oleh sanksi Kementerian Keuangan AS yang telah meringankan dampak sanksi pada perusaah pemasok terbesar asal Rusia United Co. Rusal dengan memberi izin kepada para konsumennya untuk menegosiasikan kontrak terbaru dengan produsen terbesar di luar China itu dan menurunkan kehawatiran pasokan.