Bisnis.com, JAKARTA — Calon emiten PT Super Energy Tbk., menurunkan harga penawaran initial public offering (IPO) sekaligus target raihan dana seiring dengan fluktuasi pasar saham.
Dalam rencana awal, Super Energy memberikan harga penawaran IPO di dalam rentang Rp230—250 per saham. Namun, manajemen kemudian menurunkan harga penawaran di kisaran Rp150—Rp160 per saham.
“[Harga penawaran] didiskon karena kondisi pasar saham agak kurang, sedang tertekan. Langkah ini dilakukan supaya lebih menarik investor,” ujar Direktur Independen Super Energy Andreas S. Tjendana selepas Due Diligence Meeting (DDM), Kamis (13/9/2018).
Dalam melakukan IPO, perusahaan akan melepas 240 juta saham baru atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan demikian, estimasi perolehan dana IPO berkisar Rp36 miliar—Rp38,4 miliar.
Bersamaan dengan penawaran umum perdana, perseroan akan menerbitkan 297,57 juta saham baru dalam rangka Mandatory Convertible Bond (MCB) senilai Rp46,12 miliar. MCB akan diserap oleh Asian Global Energy Pte. Ltd. (AGE).
Setelah IPO dan konversi MCB, kepemilikan PT Super Capital Indonesia di Super Energy akan berkurang menjadi 64,06% dari sebelumnya 99,93%. Kepemlikan PT Superstrada Indonesia juga terdilusi menuju 0,04% dari sebelumnya 0,07%.
Adapun, kepemilikan publik akan terdilusi menjadi 16,03% dari sebelumnya 20%. AGE sendiri sebagai pemegang MCB mendapatkan 19,87% saham Super Energy.