Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tensi Perang Tarif AS-China Bebani Bursa Asia

Bursa Asia bergerak di kisaran level terendahnya dalam 14 bulan pada perdagangan pagi ini, Jumat (7/9/2018), di tengah kekhawatiran investor akan perkembangan terbaru seputar perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China.
BUrsa Asia/Reuters
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia bergerak di kisaran level terendahnya dalam 14 bulan pada perdagangan pagi ini, Jumat (7/9/2018), di tengah kekhawatiran investor akan perkembangan terbaru seputar perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China.  

Dilansir dari Reuters, indeks MSCI Asia Pacific selain Jepang turun 0,4%, setelah sempat mencapai level terendahnya sejak pertengahan Juli tahun lalu. Sementara itu, indeks Nikkei Jepang melorot 1% akibat tertekan penguatan mata uang yen.

Di sisi lain, indeks saham blue chip China mampu naik 0,8% didorong saham kesehatan yang diburu pembeli pascapenurunan dalam beberapa terakhir di tengah skandal vaksin.

Meski demikian, pasar negara berkembang (emerging market) di kawasan Asia Pasifik masih berjuang untuk tetap stabil setelah satu pekan bergejolak, beberapa di antaranya masih terdampak oleh kekhawatiran arus modal keluar menyusul krisis di Argentina dan Turki.

Keresahan pasar pun bertahan seiring dengan berakhirnya periode komentar publik untuk rencana tarif baru yang diusung pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap impor tambahan senilai US$ 200 miliar asal China.

Tarif tersebut dapat diberlakukan segera setelah periode komentar publik berakhir di Washington pada Kamis tengah malam waktu setempat, meskipun masih belum dapat dipastikan mengenai waktu pelaksanaannya.

Pemerintah China telah memperingatkan akan melakukan pembalasan jika pemerintah AS melancurkan langkah-langkah baru.

“Tampaknya kecil kemungkinan tarif tidak akan diterapkan saat pemerintah AS yakin memenangkan perang perdagangan dan akan berada dalam posisi yang lebih kuat untuk bernegosiasi jika memberi tekanan lebih besar pada China,” tulis analis JPMorgan risetnya, seperti dikutip Reuters.

Menambah beban pada bursa saham, tambahnya, adalah pelemahan sektor teknologi semalam, dengan penurunan saham Micron hampir 10%.

Produsen chip Micron turun 9% setelah Chief Financial Officer David Zinsner mengatakan harga chip NAND menurun pada kuartal ketiga dan setidaknya dua broker mengatakan pasar untuk chip NAND dan DRAM memburuk.

Sementara itu, perhatian investor saat ini juga tertuju pada rilis laporan payroll AS untuk bulan Agustus yang diperkirakan akan menunjukkan peningkatan kuat sebesar 191.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper