Bisnis.com, JAKARTA — Harga aluminium di bursa London merosot untuk pertama kalinya selama enam sesi terakhir setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyetujui keringanan pada kuota impor aluminium dari Argentina.
Sebelumnya, Trump menerapkan tarif untuk impor baja dan aluminium pada Maret lalu. Menurut data Departemen Perdagangan AS, pengumuman yang telah disetujui Trump itu memberikan keringanan untuk kuota baja dari Korea Selatan, Brasil dan Argentina, serta untuk aluminium dari Argentina.
Pada perdagangan Kamis (30/8), harga aluminium di London Metal Exchange (LME) merosot 0,7% menjadi US$2.157 per ton setelah melonjak 1,8% pada sesi sebelumnya.
Harga aluminium sempat menyentuh level tertinggi selama dua bulan pada posisi US$2.178 pada awal perdagangan dan menghijau lima sesi berturut karena kenaikan biaya masuk untuk para smelter.
Adapun, untuk aluminium kontrak Oktober di Shanghai Futures Exchange anjlok 0,2% menjadi 14.930 yuan per ton, pada awal perdagangan harganya sempat naik 0,5% menuju 15.100 yuan per ton.
Untuk logam mulia lain, harga tembaga LME turun 0,2% menjadi US$6.077 per ton, dan tembaga Shanghai turun 0,6%.
Timah hitam atau lead Shanghai mengalami kenaikan terbesar di antara logam dasar lainnya, yang menghijau 1,4% karena ada kekhawatiran pengetatan kebijakan lingkungan di China.
Harga tembaga sudah kembali pulih dari kemunduran beberapa waktu lalu, tetapi kemungkinan kenaikan tensi perang dagang antara AS dan China tetap menjadi ancaman untuk permintaan logam merah itu di China, sebagai konsumen utama tembaga dunia, membuat tembaga kesulitan naik harga.