Bisnis.com, JAKARTA – Sesaat setelah Venezuela menyelesaikan permasalahan hukum yang membuat kemampuan ekspor minyaknya terancam, kemudian terjadi kecelakaan kapal tongkang yang terpaksa menutup gerbang utama pengiriman minyak mentah.
Penutupan sebagian operasi Jose Offshore Oil Platform akan berlangsung selama 27 hari. Jose berpengaruh pada lebih dari 50% keseluruhan ekspor minyak mentah di Venezuela, sebagai komoditas yang membiayai rezim Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Saat ini, Petroleos De Venezuela SA (PDVSA) yang sudah memiliki utang cukup banyak, harus membayar kepada perusahaan ConocoPhillips sebesar US$500 juta pada tahun ini untuk menyelesaikan kesepakatan dengan perusahaan berbasis di Houston AS itu.
Penutupan operasi itu menjadi masalah baru bagi sektor ekspor minyak mentah Venezuela, yang sudah terhambat oleh sanksi dari AS setelah Conoco membekukan aset minyak PDVSA di Karibia untuk memenuhi arbitrase senilai US$2,04 miliar.
Meskipun kedua perusahaan tersebut telah menyelesaikan masalahnya pada 20 Agustus lalu, PDVSA masih harus menghasilkan US$500 juta untuk membayar utang ke Conoco dalam 90 hari sejak kesepakatan tersebut ditandatangani.
Saat ini, terdapat 21 kapal tongkang yang mengangkut 27 juta barel minyak menunggu untuk bongkar muatan di pelabuhan Puerto La Criz dan Jose. Jumlah tersebut hampir sama dengan Jumat (24/8) lalu dengan kapal tongkang sebanyak 21 unit dan membawa kapasitas sebanyak 21,8 juta barel sebelum pelabuhan tersebut ditutup.
Platform Jose menutup satu dari tiga dermaganya setelah sebuah kapal tangki merusak bemper yang melindungi dermaga tersebut dari benturan kapal-kapal yang sedang berlabuh. Dermaga yang rusak di bagian Selatan itu, menangani ekspor 149,303 barel minyak per hari pada tahun lalu, 9,8% dari keseluruhan minyak yang ada di Venezuela.
Pelabuhan tersebut biasanya menangani kapal kecil yang mengekspor minyak ke pengolah minyak AS di Gulf Coast yang dimiliki oleh perusahaan seperti Valero Energy Corp. dan Chevron Corp., pembeli tunai minyak Venezuela.
Peristiwa tersebut kemudian menjadi salah satu faktor pendorong harga minyak pada Rabu (29/8) sore yang kembali menghijau, dengan minyak West Texas Intermediate tercatat kembali naik 0,16 poin atau 0,23% menjadi US$68,69 per barel dan naik 13,69% secara year-to-date (ytd).
Adapun, harga minyak Brent tercatat naik 0,09 poin atau 0,12% menjadi US$76,04 per barel dan mencatatkan kenaikan 13,71% selama 2018 berjalan.
“Harga minyak mentah terkoreksi pada perdagangan Rabu, dan menguji resisten di kisaran US$68,20 per barel. Selama level support tersebut tidak ditembus, harga minyak mentah masih berpotensi menguat,” ujar Putu Agus Pransuamitra, analis PT Monex Investindo Futures dalam laporan hariannya.
Putu memproyeksikan resistan minyak WTI akan berada di posisi US$69,00 – US$69,25 per barel.