Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan PT Tunas Baru Lampung Tbk. (TBLA) mendapatkan permintaan ekspor biodiesel perdana sejumlah 20.000 ton.
Wakil Presiden Direktur TBLA Sudarmo Tasmin menyampaikan, perusahaan mendapatkan order ekspor biodiesel perdana dari China sejumlah 20.000 ton pada 2018. Pengiriman awal sebesar 10.000 ton sudah dilakukan pada bulan ini.
"Kami sudah memulai ekspor biodiesel ke China. Perusahaan juga melihat potensi pasar dari negara lain seperti Taiwan, Korea, dan Thailand," tuturnya di Gedung BEI, Selasa (28/8/2018).
Menurutnya, ada kemungkinan permintaan biodiesel global meningkat seiring dengan memanasnya harga minyak global. Namun demikian, perusahaan akan lebih fokus melakukan penetrasi bisnis biodiesel ke pasar domestik.
Pemerintah juga menggencarkan program B20, sehingga dapat mengatrol permintaan biodiesel. Di sisi lain, sentimen ini dapat meningkatkan permintaan minyak sawit sebagai bahan baku, sekaligus harganya di tingkat global.
"Biasanya produksi CPO memuncak pada periode Oktober-Desember, sehingga harga CPO tertekan. Program B20 juga diharapkan dapat mengantisipasi penurunan harga," ujarnya.
Baca Juga
Pada saat ini, perseroan baru memiliki 1 pabrik biodiesel di Lampung dengan kapasitas produksi 300.000 ton per tahun. Utilisasinya baru mencapai 40% karena menyesuaikan dengan volume permintaan, sehingga produksi diestimasi sejumlah 120.000 ton.
Selain dari China, pada semester II/2018 TBLA mendapat permintaan biodiesel dari Pertamina sebanyak 26.000 ton. Sebelumnya, pada semester I/2018, BUMN itu membeli biodiesel perseroan sejumlah 60.000 ton.
Per Juni 2018, pendapatan entitas Sungai Budi Group ini terkoreksi 5,69% year-on-year (yoy)menjadi Rp4 triliun dari sebelumnya Rp4,24 triliun. Kontribusi pendapatan dari biodiesel mencapai 9%.
Sudarmo menyampaikan, sampai akhir 2018, diharapkan kontribusi biodiesel terhadap keseluruhan pendapatan dapat mencapai 15%-20% seiring dengan peningkatan permintaan dari program B20.
Selain dari biodiesel, perusahaan akan memacu pendapatan dari sejumlah produk hilir sawit. Adapun, penjualan CPO dan minyak kernel (PKO) hanya berkontribusi 5% dan 6% terhadap total pemasukan TBLA.
"Kontribusi CPO kecil, karena kami lebih memacu bisnis di sektor hilir dengan marjin yang lebih bagus," ujarnya.
Bila permintaan biodiesel kian meningkat, perusahaan dapat memacu utilisasi pabrik di Lampung hingga 80%. Selain itu, pabrik kelapa sawit (PKS) di Palembang dan Surabaya dapat ditambah mesin biodiesel sehingga kapasitas produksi dapat meningkat tiga kali lipat menjadi 900.000 ton per tahun.