Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir tersungkur di zona merah dengan pelemahan lebih dari 3% pada perdagangan hari ini, Senin (13/8/2018).
IHSG ditutup anjlok 3,55% atau 215,93 poin di level 5.861,25, setelah dibuka turun 0,78% atau 47,70 poin di level 6.029,47 pagi tadi. Padahal, pada perdagangan Jumat (10/8), IHSG mampu rebound dan berakhir naik 0,20% atau 11,92 poin di level 6.077,17,
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.861,25 – 6.034,56. Dari 598 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 52 saham menguat, 366 saham melemah, dan 180 saham stagnan.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dan saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) yang masing-masing melorot 7,37% dan 5,78% menjadi penekan terbesar terhadap pelemahan IHSG hari ini.
Seluruh sembilan sektor pada IHSG tertekan, dipimpin tambang (-4,98%), finansial (-4,16%), dan industri dasar (-4,03%).
Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis 27 juga turun tajam dan berakhir anjlok 4,27% atau 22,81 poin di level 510,85, setelah tergelincir ke zona merah saat dibuka melorot 1,32% atau 7,06 poin di posisi 526,60.
Baca Juga
Aksi jual saham tak hanya memukul indeks saham di Nusantara hari ini. Indeks saham lainnya di Asia Tenggara ikut memerah dengan indeks FTSE Straits Time Singapura (-1,20%), indeks FTSE Malay KLCI (-1,24%), dan indeks PSEi Filipina (-2,17%).
Di Jepang, indeks Topix dan Nikkei 225 masing-masing berakhir melemah 2,13% dan 1,98%. Indeks Kospi Korsel melemah 1,50%, indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1,52%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing ditutup turun 0,34% dan 0,43%.
Secara keseluruhan, pasar saham global terseret memburuknya krisis mata uang Turki yang mendorong investor untuk melepaskan saham dan melarikan diri ke aset yang lebih aman seperti obligasi pemerintah dan dolar AS.
Berdasarkan data Reuters, indeks ekuitas global MSCI, yang melacak pergerakan saham di 47 negara, turun 0,5% hari ini, memperpanjang pelemahan sebelumnya, akibat tertekan rekor level terendah baru yang dibukukan mata uang lira Turki.
Ambrolnya lira yang berkelanjutan pun memaksa menteri keuangan Turki mengumumkan rencana langkah ekonomi untuk meredakan ketegangan pada pasar.
Lira telah tertekan kekhawatiran atas meningkatnya kontrol Presiden Recep Tayyip Erdogan atas ekonomi Turki serta memburuknya hubungan negara tersebut dengan Amerika Serikat (AS).
“Ada sentimen penghindaran aset berisiko yang secara umum dipicu aksi juala mata uang Turki. Kita melihat aki jual yang meluas saat ini dan itu terlihat cukup buruk pula pada emerging market,” ujar ekonom Investec, Philip Shaw.
Aksi jual yang meluas pada saham global pun menambah tekanan pada IHSG yang telah terbebani melebarnya defisit transaksi berjalan. Alhasil, IHSG mencatat pelemahan yang cukup dalam dibandingkan dengan indeks saham lain di Asia.
Seperti diberitakan, defisit transaksi berjalan kuartal II/2018 tercatat sebesar 3% atau US$8 miliar, melebar dari 1,96% pada kuartal II/2017. Defisit ini juga lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal I/2018 sebesar 2,2% atau sekitar US$5,5 miliar.
“Pasar ekuitas Indonesia mungkin akan mengalami lebih banyak pelemahan dalam jangka pendek, dengan investor asing cenderung mengurangi kepemilikannya saat pergolakan di Turki menenggelamkan rupiah,” ujar John Teja, Direktur di PT Ciptadana Sekuritas Asia, dikutip Bloomberg.
Nilai tukar rupiah hari ini berakhir melemah 130 poin atau 0,90% di level Rp14.608 per dolar AS. Sementara itu, kurs lira terpantau lanjut melemah 6,99% ke posisi 6,88 per dolar AS pada pukul 17.14 WIB.
Saham-saham penekan IHSG:
Kode | (%) |
BBRI | -7,37 |
BMRI | -5,78 |
HMSP | -3,71 |
BBCA | -2,30 |
Saham-saham pendorong IHSG:
Kode | (%) |
FILM | +24,59 |
INPP | +5,71 |
POWR | +1,52 |
MLBI | +0,63 |
Sumber: Bloomberg