Bisnis.com, JAKARTA — PT Kalbe Farma Tbk. mempersiapkan kenaikan harga jual sebagai imbas dari depresiasi rupiah yang menambah beban biaya produksi perseroan.
Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyebabkan kenaikan biaya produksi perseroan. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab tergerusnya laba bersih pada semester I/2018.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sambungnya, perseroan mempersiapkan kenaikan harga jual pada semester II/2018. Langkah itu akan diberlakukan terhadap produk tertentu.
“Kenaikan biaya produksi perlu ditanggulangi atau minimal impacts melalui review harga jual produk Kalbe Farma secara terbatas,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (2/8/2018).
Selain menaikkan harga jual, Vidjongtius mengatakan emiten berkode saham KLBF itu akan melakukan product mix untuk produk yang masih memiliki margin baik. Selanjutnya, dilakukan efisiensi internal dalam rantai pasok dan peningkatan produktivitas.
Dia menyebut sebenarnya KLBF memiliki natural hedging dengan memegang dolar tunai di neraca. Dengan demikian, secara konversi kurs tidak menjadi masalah bagi perseroan.
“Akan tetapi dalam hal biaya persediaan bahan baku secara berkala pasti terkena dampak juga,” jelasnya.
Di tengah tekanan tersebut, pihaknya menyarankan agar pemerintah mendorong peningkatan ekspor produk farmasi ke Asean. Kemudian, dilakukan peningkatan sarana logistik yang memberikan kemudahan hingga pelosok Tanah Air.
Sebagai catatan, beban pokok pendapatan KLBF naik lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan pada semester I/2018. Tercatat, pendapatan tumbuh 3,12% sementara beban pendapatan naik 4,78% secara tahunan.