Bisnis.com, JAKARTA — PT Inalum (Persero) selaku induk holding BUMN Tambang berhasil meneken kesepakatan akuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia yang dipercaya mampu memberikan dampak positif bagi sinergi antaranak usaha.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo menyampaikan, apabila mayoritas saham PTFI sudah dipegang Inalum, posisinya dalam struktur korporasi akan sama seperti PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), dan PT Timah Tbk. (TINS).
Keberadaan PTFI diharapkan dapat melakukan sinergi dengan antam dalam proyek pemurnian lumpur anode (anode slime) yang dihasilkan smelter tembaga. Lumpur anode itu dapat diolah untuk menghasilkan emas.
Saat ini, PTFI mengoperasikan smelter berkapasitas 2.000 ton per tahun di Gresik, yang jumlahnya dapat ditingkatkan menjadi 6.000 ton per tahun. Dengan estimasi kadar emas dalam lumpur anode mencapai 1%, maka dapat dihasilkan emas sejumlah 60 ton.
“Dengan estimasi kadar emas 1% [dalam lumpur anode 6.000 ton], itu bisa menghasilkan emas hingga 60 ton. Namun demikian, ini tentunya perlu kajian terhadap kelayakan refinery logam mulianya,” tuturnya kepada Bisnis pekan lalu.
Sebelumnya pada Februari 2017, Antam meneken nota kesepahaman terkait proyek Anode Alime dan Precious Metal Refinery bersama PTFI dan PT Smelting. Estimasi kapasitas lumpur anode yang dihasilkan untuk bahan pembentuk emas ialah 2.000 ton per tahun, dengan tahap commissioning proyek diperkirakan pada 2019.
Baca Juga
Arie menyampaikan, MoU antar ketiga pihak itu sudah resmi berakhir, karena nilai ekonomis proyek atas pembangunan smelter tidak tercapai. Pasalnya, pihak patner selalu membandingkan faktor pembiayaan dari pengelolaan yang dilakukan di Jepang.
Sebagai informasi, 75% saham PT Smelting dikuasasi perusahaan asal Negeri Sakura, yakni Mitsubishi Materials Corporation 60,5%, Mitsubishi Corporation Unimetal Ltd. 9,5%, Nippon Mining and Metals Co. Ltd. 5%. Adapun, PTFI mengempit 25%.
Direktur Keuangan PT Timah Tbk. (TINS) Emil Emindra mengatakan, bagi Timah program akuisisi PTFI oleh Inalum memberikan sejumlah dampak positif tidak langsung.
TINS dengan PTFI nantinya dapat saling bertukar teknologi, baik di bidang pertambangan maupun teknologi informasi. Sesama anak usaha Inalum ini tentunya juga bersinergi dalam peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM).
Di sisi lain, informasi mengenai pasar potensial PTFI dapat dimanfaatkan sebagai sasaran pasar baru bagi Timah.
“Yang jelas, rencana program ini banyak positifnya buat Inalum selaku holding, dan anak-anak usaha seperti Timah, PTBA, dan Antam untuk melakukan sinergi. Kami juga yakin hal ini memberikan dampak positif bagi rakyat dan negara Indonesia tercinta ini,” paparnya.
Menurutnya, di antara anggota Holding BUMN Tambang, Antam memiliki peluang sinergi dengan PTFI paling besar.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menyampaikan, akuisisi PTFI oleh Inalum berdampak positif bagi Holding BUMN Tembang dalam hal sinergi pengolahan Sumber Daya Alam (SDA). Operasional holding juga lebih efisien dalam penggunaan smelter.
Kepala Riset Maybank Kim Eng Sekuritas Isnaputra Iskandar mengatakan, akuisisi Inalum terhadap PTFI dapat memberi peluang kerja sama proyek dengan anak usaha lainnya, seperti PTBA, ANTM, dan TINS.
Namun demikian, realisasi sinergi proyek diperkirakan belum akan berjalan mulus. Pasalnya, Freeport bersikukuh tetap menjadi operator tambang Grasberg.
"Untuk melakukan sinergi antar anak usaha Inalum, masih harus dipastikan dulu siapa yang akan menjadi operator tambang. Karena Freeport masih mau menjadi operator [tambang Grasberg] meskipun kepemilikannya turun di bawah 50%," tuturnya.
Menurutnya, dampak yang paling dekat untuk dilakukan ialah kemungkinan Inalum menyerap dividen dalam jumlah besar dari anak-anak usahanya. Dana tersebut digunakan untuk membayar utang dalam rangka akuisisi PTFI.