Bisnis.com, JAKARTA — PT Aneka Tambang Tbk. menyiapkan upaya refinancing untuk membayar obligasi senilai Rp900 miliar yang jatuh tempo pada 14 Desember 2018.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia, emiten dengan kode ANTM itu memiliki dua surat utang yang sedang berjalan, yakni Obligasi Berkelanjutan I Antam Tahun 2011 seri A dan seri B. Masing-masing seri memiliki nilai Rp900 miliar dan Rp2,1 triliun.
Obligasi seri A jatuh tempo pada 14 Desember 2018 memiliki bunga 8,375% per tahun. Adapun, obligasi seri B yang jatuh tempo pada 14 Desember 2021 memiliki bunga 9,05% per tahun.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo meyampaikan, perusahaan siap melunasi obligasi senilai Rp900 miliar yang jatuh tempo pada Desember 2018. Oleh karena itu, manajemen akan menyiapkan refinancing utang.
"Kami akan melakukan refinancing untuk membayar obligasi itu," tuturnya kepada Bisnis via pesan singkat pada pekan lalu.
Per Maret 2018, saldo kas dan setara kas ANTM sebesar Rp6,07 triliun. Catatan ekuitas perseroan mencapai sejumlah Rp18,73 triliun.
Dalam keterbukaan informasi pada Jumat (13/7), Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito menyampaikan, obligasi berkelanjutan Antam 2011 diterbitkan pada 2 Desember 2011. Hasil bersih penerbitan surat utang setelah dikurangi berbagai biaya ialah Rp2,99 triliun.
"Seluruh dana digunakan untuk ekspansi. Sisa dana hasil penawaran umum yang belum terpakai ialah Rp47,21 miliar sampai dengan 30 Juni 2018," tuturnya.
Dari hasil penerbitkan obligasi, Rp624,84 miliar di antaranya sudah dipakai sebagai investasi rutin dari total rencana Rp672,05 miliar.
Data perincian yakni Rp161,58 miliar untuk unit bisnis pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara, Rp249,25 miliar untuk bisnis tambang emas, dan Rp214 miliar untuk bisnis pertambangan nikel di Maluku Utara.
Penggunaan dana paling besar dilokasikan untuk pengembangan bisnis renovasi, perbaikan, dan modernisasi pabrik Feronikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, sejumlah Rp2,03 triliun.
Pembiayaan lain yang sudah dilakukan ialah pembukaan tambang nikel di Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara, serta tambang bauksit di Kalimantan Barat sejumlah Rp285,46 miliar.
Dimas menambahkan, sisa dana penerbitkan obligasi sejumlah Rp47,21 miliar disimpan di Bank Mandiri dalam bentuk giro. Hubungan perusahaan dengan bank ialah berelasi karena masih di bawah entitas pemerintah, dalam hal ini BUMN.