Bisnis.com, JAKARTA – Departemen Pertanian Amerika Serikat akan berhenti memberikan data pertanian yang berada dalam embargo ke media mulai bulan depan dalam upayanya untuk membuat rilis informasi pergerakan pasar semakin adil untuk publik.
Perubahan aturan tersebut menandakan bahwa organisasi pemberitaan akan mendapat akses untuk melaporkan pasokan dan permintaan biji-bijan global di waktu yang sama dengan perilisan data untuk umum.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) selama bertahun-tahun sudah mengizinkan media untuk mendapat akses lebih cepat untuk data komoditas pertanian dengan melarang perusahaan berita untuk menerbitkan data dari USDA hingga waktu tertentu.
Dengan mendapat data sebelum dirilis ke publik, memberikan reporter berita waktu lebih untuk menganalisis data, yang bisa memberikan gambaran potensi-potensi kekacauan pada harga biji-bijian, dan menyiapkan berita sebelum disebar ke publik.
Namun, USDA mengungkapkan bahwa sistem tersebut membuat pengguna media sudah mengetahui data USDA lebih dulu karena USDA sendiri memerlukan waktu lebih lama untuk merilis data di situs resminya dibandingkan dengan di situs berita.
USDA memastikan bahwa dengan peraturan baru itu dapat memberikan keuntungan dalam perdagangan bagi para pengguna media.
“Prosedur yang baru akan menyamaratakan peran masing-masing, membuat pemberitaan dari laporan USDA tersebar secara adil bagi seluruh pihak yang terlibat,” ujar Sekretaris USDA Sonny Perdue, dilansir dari Reuters, Rabu (11/7/2018).
USDA menemukan bukti bahwa aktivitas perdagangan yang bernilai jutaan dolar AS itu sudah dimulai dua detik lebih awal sebelum data panen bulanan dirilis pada pukul 00.00 waktu setempat.
“Intinya, ada agen swasta yang membayar perusahaan berita agar memunculkan data lebih cepat sehingga bisa melakukan lompatan besar pada aktivitas perdagangan di pasar,” lanjut Sonny.
Sebelumnya, media diizinkan untuk mengakses data panen pertanian sekitar 90 menit lebih dulu di kantor USDA, Washington D.C., AS, dengan laporan mereka harus ditahan penerbitannya hingga siang hari.
“Media punya hak yang sah untuk mendapat akses pada data-data itu sehingga mereka bisa punya waktu untuk menyebarkannya ke publik. Apabila mereka membuat datanya tersedia untuk seluruh media tanpa memilih salah satunya, maka akan terjadi masalah di sana,” kata Kirsten Wegner, kepala eksekutif Modern Markets Initiative.