Bisnis.com, JAKARTA – Moody’s Investors meningkatkan peringkat perusahaan telekomunikasi domestik PT XL Axiata Tbk. dari sebelumnya Baa3 menjadi Ba1 atau positif menjadi stable.
Kenaikan peringkat ini merupakan yang pertama kalinya diberikan lembaga pemeringkat tersebut pada XL Axiata.
Vice President dan Senior Analyst Moody’s Nidhi Dhruv mengungkapkan kenaikan peringkat yang disematkan pada emiten dengan kode saham EXCL tersebut didasarkan pada kinerja finansial perseroan yang kian positif.
“Peningkatan peringkat tersebut mencerminkan keberlanjutan dari penguatan operasional XL Axiata. Perusahaan menunjukan profil keuangan yang stabil, termasuk tingkat leverage yang lebih rendah,” paparnya dalam laporan tersebut, Kamis (21/6/2018).
Moody’s menerangkan dukungan induk usaha EXCL yaitu Axiata Group Berhad pada perseroan pun cukup baik. Saat ini, Axiata menguasai 66,4% saham EXCL.
Pada 2017, EXCL membukukan kenaikan pendapatan sebesar Rp22,87 triliun atau naik sekitar 7,1% dari capaian sepanjang tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp21,34 triliun.
Dalam laporan keuangannya, perseroan mengungkapkan adanya kenaikan beban yang lebih besar pada 2017 menjadi sebesar Rp21,21 triliun atau naik 7,9% secara year-on-year (yoy) dari Rp19,65 triliun.
Kondisi tersebut menyebabkan laba bersih EXCL terkoreksi tipis 0,07% pada 2017 menjadi Rp375,24 miliar. Presdir EXCL Dian Siswarini mengungkapkan bisnis layanan data menyumbang pendapatan hingga 69%.
“Kompetisi di sektor telekomunikasi di Indonesia sangat intensif dalam dua kuartal terakhir. Selain itu, perusahaan telekomunikasi juga menghadapi tantangan dari implementasi registrasi SIM. Dalam jangka pendek memang volatile, tapi dalam jangka panjang sektor ini akan lebih stabil,” lanjut Nidhi.
Dia memprediksi pendapatan EXCL akan melemah 4%-4,5% pada tahun ini karena perusahaan tengah fokus meningkatkan monetisasi data. Selain itu, tekanan perusahaan dari utang denomenasi dolar AS pun diprediksi akan lebih rendah, seiring kebijakan refinancing EXCL dalam 12-18 bulan ke depan.
Untuk mempertahankan outlook stable, perseroan diharapkan dapat mempertahankan kebijakan finansial yang tepat dengan leverage rendah.