Bisnis.com, JAKARTA—Bursa saham Asia melemah pada awal perdagangan hari ini, Senin (18/6/2018), setelah tensi perang dagang antara AS dan China menghangat.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,2%di pada awal perdagangan hari ini, Senin (18/6/2018), mendekati level terendah sejak 31 Mei, seperti dikutip Reuters.
Indeks Nikkei di bursa Jepang tergelincir 0,7%, karena kekhawatiran proteksionisme membayangi data ekspor lebih kuat dari perkiraan.
Sementara itu, pasar keuangan di China dan Hong Kong ditutup pada hari ini atau Senin untuk liburan festival Perahu Naga.
Seperti diketahui, rencana pengenaan tarif impor asal China oleh pemerintah AS, direspons Tiongkok yang juga mengumumkan daftar produk yang akan dikenakan tarif untuk produk asal Negeri Paman Sam.
Kekhawatiran perang dagang juga telah menambah tekanan pada awal harga minyak, yang memperpanjang penurunan pada Jumat di tengah potensi bakal dikereknya produksi lebih tinggi pada pertemuan OPEC di Wina pada 22-23 Juni 2018.
Trump pada hari Jumat mengumumkan rencana pengenaan tarif impor 800 produk asal China dengan total nilai US$50 miliar terhitung mulai tanggal 6 Juli, termasuk mobil.
China mengatakan akan menanggapi dengan tarif dengan skala dan kekuatan yang sama, dengan mengenakannya pada 659 produk asal AS, mulai dari kedelai dan mobil hingga makanan laut.
Daftar pembalasan China meningkat lebih dari enam kali lipat dari versi yang dirilis pada bulan April, dan nilainya tetap US$50 miliar.
Analis mengatakan dampak langsung dari tarif tersebut mungkin terbatas, terutama untuk perekonomian AS, yang saat ini tengah bertumbuh dengan tingkat pengangguran pada tingkat terendah sejak tahun 2000, dan tekanan inflasi terbatas.
Namun para investor khawatir ketegangan dapat meningkat lebih lanjut, yang berpotensi menyebabkan perdagangan dunia melambat dan meredam kepercayaan bisnis.
"Ada friksi perdagangan tidak hanya antara AS dan China, tetapi juga antara AS dan sekutu-sekutunya. Trump dapat memberi lebih banyak tekanan pada negara lain seperti Jepang dan para pejabat di NATO," kata Yoshinori Shigemi, ahli strategi pasar global JPMorgan Asset Management seperti dikutip Reuters.