Bisnis.com, JAKARTA— Dolar Amerika Serikat menguat atas yen, mata uang Jepang dan menjadi kurs terkuat dalam tiga pekan teakhir.
Pada pk.09.04 WIB, Selasa (12/6/2018), seperti dikutip Bloomberg, posisi menembus 110,32 yen per dolar AS atau naik 0,28 poin (0,25%).
Sebelumnya pososi tertinggi dicapai pada perdagangan 23 Mei 2018, ketika itu posisi kurs 110,08 yen per dolar AS.
Sementara itu, pada pk. 08.55 WIB, indeks dolar AS menguat 0,16 atau 0,17% ke level 93,77.
Penguatan mata uang dolar AS tersebut didorong harapan pasar jika KTT AS-Korea Utara dapat mengurangi ketegangan.
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berjabat tangan dan tersenyum, ketika keduanya memulai pertemuan bersejarah di Singapura pada pagi ini, seperti dikutip Reuters, Selasa (12/6/2018). Dikemukakan kedua belah pihak berusaha untuk mengikis perbedaan untuk mengakhiri kebuntuan soal keberadaan nuklir di Semenanjung Korea.
Pasar juga merespons Tweet Trump yang mengabarkan penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow terkena serangan jantung beberapa. Tweet Trump tersebut dilakukakan beberapa saat sebelum pertemuannya dengan Kim.
"Dolar sedang menikmati kenaikan terhadap yen setelah menembus di atas batas rata-rata pergerakan 200 hari," kata Shin Kadota, ahli strategi senior Barclays seperti dikutip Reuters, Selasa (12/6/2018).
Dia mengemukakakn hasil KTT AS-Korea Utara yang menggembirakan akan mendukung dolar. Setelah itu, pasar akan menunggu hasi; pertemuan FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal).
Seperti diketahui, Federal Reserve mengadakan pertemuan dua hari, dimulai pada 12 Juni. Bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya tahun ini. Fokusnya adalah pada apakah bank sentral akan mengisyaratkan untuk menaikkan suku bunga sebanyak empat kali pada 2018.
Bank Sentral Eropa juga bertemu pada 14 Juni, ketika itu bisa menandakan niat untuk mulai melepas program pembelian obligasi besar-besaran.
Bank of Japan juga menyimpulkan pertemuan dua hari pada hari Jumat.