Bisnis.com, JAKARTA-Saham emiten batu bara memimpin kenaikan saham emiten di sektor pertambangan dalam periode Januari-Mei 2018 seiring dengan memanasnya harga komoditas.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, saham emiten batu bara mendominasi daftar top gainers saham pada Januari-Mei 2018. Lima saham dengan pertumbuhan tertinggi dalam periode itu ialah BOSS sebesar 260%, FIRE 215,44%, MITI 146%, PKPK 144,78%, dan ENRG 95,51%.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyampaikan, pada awal 2018 harga batu bara global bergerak naik ke level US$105 per ton akibat kenaikan permintaan global, terutama dari China. Di sisi lain, Negeri Panda mengurangi volume produksi batu hitam, sehingga meningkatkan volume impor.
"Ketika harga batu bara naik, sentimen itu mendorong saham emiten batu bara. Apalagi 40% impor batu bara Tiongkok berasal dari Indonesia," ujarnya, Minggu (3/6/2018).
Di sisi lain, harga komoditas energi lainnya seperti minyak cenderung memanas karena pemangkasan produksi OPEC dan non-OPEC seperti Rusia. Harga emas hitam juga meningkat akibat permasalahan geopolitik di sejumlah negara produsen utama seperti Iran dan Venezuela.
Menurut Hans, salah satu utama perhatian pelaku pasar ialah tren penurunan harga batu bara global ke kisaran US$80-US$90-an per ton pada kuartal II dan III/2018. Pasalnya, periode musim dingin sudah lewat sehingga permintaan cenderung stabil setelah melonjak pada awal tahun.
Namun demikian, level tersebut masih sangat menguntungkan bagi perusahaan. Alasannya, ongkos produksi batu bara di Indonesia berkisar antara US$33-US$35 per ton.
"Jadi walaupun harga ada penurunan ke depannya, masih sangat profitable bagi emiten," ujarnya.
Faktor cuaca yang lebih kering ke depannya juga mendukung kinerja operasional perusahaan batu bara. Oleh karena itu, kinerja keuangan emiten juga dapat membaik mulai kuartal II/2018.
Tiga saham emiten batu bara yang paling menarik ialah ADRO, PTBA, dan ITMG. Ketiga emiten memiliki kinerja yang bertumbuh stabil sehingga proyeksi saham sejalan dengan peningkatan pendapatan.
Di samping itu, ADRO dan PTBA juga gencar berekspansi di sektor non-batu bara. Adapun, ITMG sangat bergantung terhadap harga global yang diperkirakan cenderung positif sampai akhir 2018.