Krisis Politik Italia Bebani Euro, Indeks Dolar Menguat

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks dolar AS menguat pada perdagangan pagi ini, Rabu (30/5/2018), seiring dengan pelemahan kinerja mata uang euro di tengah mendalamnya krisis politik di Italia.

Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang dunia terpantau menguat 0,09% atau 0,081 poin ke level 94,901 pada pukul 10.32 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,007 poin di level 94,827, setelah pada perdagangan Selasa (29/5) berakhir menguat 0,43% atau 0,402 poin di posisi 94,820.

Sementara itu, nilai tukar euro lanjut turun 0,03% di level US$1,1537 pada pukul 10.42 WIB, setelah berakhir melemah 0,73% di posisi US$1,1540 pada perdagangan Selasa (29/5).

Dilansir dari Reuters, mendalamnya krisis politik di Italia meningkatkan kemungkinan digelarnya pemilihan dini yang dikhawatirkan oleh para pelaku pasar dapat menyebabkan pemerintahan yang euroskeptik di Roma.

Sumber yang dekat dengan beberapa partai utama Italia mengutarakan adanya kemungkinan bahwa Presiden Sergio Mattarella dapat membubarkan parlemen dalam beberapa hari mendatang serta kembali menggelar pemilihan umum dini pada 29 Juli.

Imbal hasil obligasi pemerintah Italia bertenor 10 tahun melonjak menjadi 3,19% saat harga obligasi menurun. Padahal, sekitar dua pekan lalu imbal hasil hanya mencapai di bawah 2%. Adapun, imbal hasil utang bertenor dua tahun melonjak menjadi 2,71% dalam semalam, dari hanya mencapai 0,84% sehari sebelumnya.

“Bagaimana imbal hasil utang jangka pendek Italia mengalami lonjakan membuat Anda berpikir adanya risiko default pada radar di pasar. Ini menceritakan betapa seriusnya situasi itu,” kata Makoto Noji, senior strategist di SMBC Nikko Securities.

“Apa yang pasar pertimbangkan pada hakekatnya bukanlah default tapi pemilihan dini yang mengarah pada kemenangan euroskeptik dan keluar dari euro,” lanjutnya, seperti dikutip Reuters.

Posisi indeks dolar AS                                                                        

Sumber: Bloomberg