Bisnis.com, JAKARTA– Harga batu bara mampu meraih kembali momentumnya pada akhir perdagangan Rabu (16/5/2018), di tengah ekspektasi konsumsi yang lebih tinggi untuk komoditas ini.
Pada perdagangan Rabu, harga batu bara untuk kontrak Januari 2019, kontrak teraktif di bursa komoditas Rotterdam, ditutup di zona hijau dengan kenaikan 0,33% atau 0,30 poin di posisi US$91,25/metrik ton.
Harga batu bara kontrak Januari 2019 kembali menguat setelah berakhir tergelincir ke zona merah pada sesi perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Selasa (15/5), harga batu bara kontrak Januari 2019 berakhir di zona merah dengan pelemahan 0,76% atau 0,70 poin di posisi 90,95.
Di China, harga batu bara thermal untuk pengiriman September di Zhengzhou Commodity Exchange berakhir naik 0,9% di 638,4 yuan/ton, level tertinggi sejak 27 Februari. Adapun kontrak teraktif membukukan kenaikan sesi kelima berturut-turut, rentetan penguatan terpanjang sejak Januari.
Menurut analis Guotai Junan Futures Jin Tao, ekspektasi konsumsi batu bara yang lebih tinggi pada musim panas telah mendorong harga.
“Ekspektasi cuaca yang lebih panas dan konsumsi batu bara yang lebih tinggi pada beberapa bulan ke depan memberi sentimen positif untuk harga,” ujar Jin Tao, seperti dikutip Bloomberg.
Sementara itu, jumlah persediaan batu bara pada enam pembangkit listrik utama di China turun menjadi 18 hari penggunaan pada Rabu (16/5), sedangkan penggunaan harian oleh keenam pembangkit tersebut mencapai 711 ribu ton, tertinggi sejak 9 Februari, menurut data China Coal Transportation & Distribution Association dan perhitungan Bloomberg.
Sejalan dengan batu hitam, harga minyak mentah Amerika Serikat menyentuh level tertinggi sejak 2015 seiring menyusutnya cadangan minyak, bensin, dan solar AS, yang mengisyaratkan pengetatan pasokan global.
Pada perdagangan Rabu (16/5/2018), minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Juni ditutup menguat 0,25% di level US$71,49 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun minyak Brent untuk pengiriman Juli 2018 ditutup menguat 0,85 poin di posisi US$79,28 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London.
Dilansir Bloomberg, perkiraan International Energy Agency (IEA) menunjukkan adanya rekor permintaan luar negeri untuk minyak mentah AS, dan menurunnya stok minyak serta bahan bakar domestik.
"Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah kita akan melihat pasar yang sangat ketat selama musim panas ketika musim mengemudi sedang berlangsung di Amerika Utara,” kata Michael Lynch, president Strategic Energy and Economic Research di Winchester, Massachusetts, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (17/5/2018).
Minyak mentah bulan ini naik ke level tertinggi dalam tiga tahun terakhir saat pasar global semakin ketat dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkatkan kekhawatiran pasokan. Meski ada lonjakan produksi minyak mentah AS, cadangan yang disimpan di terminal dan tanker telah menyusut.
Energy Information Administration menyatakan stok minyak mentah turun 1,4 juta barel pekan lalu. Pada saat yang sama, cadangan bensin menyusut 3,79 juta, sedangkan bahan bakan diesel menyusut 92.000 barel. Adapun angka ekspor yang mencapai 689.000 barel per hari berkontribusi dalam penurunan cadangan minyak mentah.
Pergerakan harga batu bara kontrak Januari 2019 di bursa Rotterdam
Tanggal | US$/MT |
16 Mei | 91,25 (+0,33%) |
15 Mei | 90,95 (-0,76%) |
14 Mei | 91,65 (+2,23%) |
11 Mei | 89,65 (+1,47%) |
10 Mei | 88,35 (+0,68%) |
Sumber: Bloomberg