Bisnis.com, JAKARTA—Tekanan yang terjadi pada IHSG sepanjang April lalu turut terjadi pada Indeks Bisnis-27, kendati dibandingkan sejumlah indeks lain kinerja indeks Bisnis-27 masih unggul.
Sampai dengan April 2018, sebagian besar indeks mencatatkan pelemahan kecuali IDX SMC Composite dan Pefindo 25 Index yang berhasil tumbuh positif secara year to date masing-masing sebesar 2,92% dan 6,75%.
Namun demikian, Indeks Bisnis- 27 masih unggul apabila dibandingkan dengan LQ-45 (-11,21%), Sri Kehati (-9,82%), dan IDX 30 (-11,96%) yang terkoreksi lebih dalam.
Anida ul Masruroh, Analis Bisnis Indonesia Resources Center (BIRC) mengatakan, hingga April 2018, terdapat sedikitnya delapan emiten yang menjadi penggerak utama Indeks Bisnis-27 sedangkan 19 emiten lainnya menjadi penekan.
Sektor penopang Indeks kali ini oleh sektor Industri Barang Konsumsi dengan emiten PT Mayora Indah Tbk tumbuh 46,04% (ytd). Sektor yang masih cemerlang yaitu sektor pertambangan dengan konstituen PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk tumbuh 31,71% (ytd).
Selanjutnya sektor Industri dasar dan kimia diwakili oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk yang juga tak mau kalah mencatatkan kinerja positif sebesar 22,67% (ytd).
“Kinerja Indeks Bisnis-27 pada [Mei] bulan depan masih akan diwarnai sentimen eksternal. Meskipun demikian, meredanya ketegangan konflik antara Korea Utara dengan Korea Selatan, yang ditandai pertemuan antara Presiden Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In, belum mampu menahan penurunan lebih dalam,” katanya dalam riset, Selasa (1/5/2018).
Pada bagian lain, lanjut Anida, sentimen perang dagang AS dengan China, kenaikan lanjutan dari suku bunga The Fed dan maraknya emiten yang berencana membagikan dividen, menjadi hal yang patut dicermati investor.
Kinerja indeks bisnis-27 dan IHSG sepanjang April 2018 masih diwarnai ketegangan perang dagang antara Trump dan China dan kecenderungan hawkish The Fed berdampak pada berlanjutnya kontraksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hampir menembus Rp14.000,00/US$ pada penutupan 23 April 2018.
Rilis data perekonomian AS yang diyakini semakin membaik akan membuat The Fed lebih cepat untuk menaikkan suku bunga acuannya sepanjang 2018 dan membuat dolar indeks semakin perkasa terhadap mata uang berbagai negara.
Selain itu, kenaikan US Government Bond bertenor 10 tahun sebesar 2 basis poin menjadi 3,02% pada 25 April 2018 merupakan tertinggi dalam 4 tahun terakhir telah menghantam pasar saham hingga mencatatkan net sell sebesar Rp1,96 triliun.
Secara teknikal Indeks Bisnis-27 mengalami break support dan membentuk morning star candlestick pattern yang mengindikasikan adanya stimulus beli meskipun momentum yang tercermin pada RSI (Relative Strength Index) masih bearish. Diperkirakan Indeks Bisnis-27 masih sulit untuk breakdown 592.
“Namun Indeks Bisnis-27 ditutup 521 pada 30 April 2018 sehingga diperkirakan segera ada rebound terbatas mengingat penurunan Indeks Bisnis-27 cukup drastis dan kembali di atas lower bollinger band dengan menguji MA 200 yang menjadi resistance terdekat di 549,” katanya.
Sementara itu, analisis teknikal untuk IHSG di level 5.994 membentuk pola morning star candlestick pattern yang mengindikasikan penguatan. RSI telah menunjukkan pembalikan dari oversold namun masih di area bearish.
Diperkirakan IHSG menguat terbatas menguji MA 200 sebagai resistance terdekat di 6.132 setelah terkoreksi tajam dalam sepekan terakhir.
Meski demikian, diperkirakan IHSG masih akan breakdown hingga di level 5.800 dalam beberapa pekan mendatang mengingat sentimen eksternal masih dominan membayangi tren IHSG.