Bisnis.com, JAKARTA–Harga komoditas aluminium tergelincir selama 5 hari, mencatat penurunan terbesar dalam hampir setahun. Penyusutan kontrak logam industri juga merupakan dampak dari pencabutan sanksi AS terhadap Rusal, produsen aluminium terbesar kedua dunia setelah China.
Harga logam yang digunakan untuk pembuatan berbagai jenis barang dari kaleng hingga badan pesawat itu jatuh 2,96% atau 68 poin menjadi US$2.227 per metrik ton pada perdagangan Rabu (25/4/2018).
Saham Rusal di Hongkong sudah lebih stabil, setelah beberapa hari mengalami gejolak. “Sepertinya kejadian tersebut berlawanan arah dengan ekspektasi pasar, jadi harga bisa kembali ke level yang seharusnya, masa-masa terpuruk Rusal sudah berlalu,” ujar Wei Lai, analis Cofco Futures Ltd. di Shanghai, dikutip dari Bloomberg.
Adapun, logam nikel naik 1,3% pada perdagangan London, mengakhiri penurunan selama 4 hari. Logam tersebut masuk dalam daftar sanksi AS karena khawatir Paman Sam akan menargetkan perusahaan Rusia lainnya termasuk MMC Norilsk Nickel PJSC.
Sementara itu, tembaga jatuh 0,3% pada Selasa (24/4), namun kembali naik 1% pada Rabu (25/4) seiring dengan komentar Freeport Mc Moran Inc. yang kesulitan mempertahankan tambangnya di Indonesia karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan kebijakan standar lingkungan dari pemerintah.