Bisnis.com, JAKARTA—Wakil Presiden Jusuf Kalla mengimbau untuk tidak khawatir secara berlebihan atas pelemahan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini.
Menurutnya, pelemahan rupiah terjadi karena faktor eksternal dan juga dialami oleh mata uang negara-negara lain di Asia.
“Seperti dijelaskan oleh Bank Indonesia hampir semua mata uang di Asia melemah terhadap dolar AS [kemarin]. Dana-dana investasi itu kembali ke Amerika sehingga menyebabkan mata uang di Asia ini melemah. Itu terjadi semua berarti faktor eksternal. Kita tidak perlu khawatir berlebihan,” ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Selasa (24/4).
Dia mengatakan saat nilai rupiah melemah selalu ada efek positif dan negatif. Pelemahan rupiah, kata dia, bagus untuk ekspor tapi tidak baik untuk impor. Sehingga industri yang bergantung pada bahan baku impor tentu akan menghadapi masalah.
“Tapi ekspor tentu justru diuntungkan. Jadi selalu ada balance-nya kalau bicara tntang kurs itu,” ujarnya.
Agar ke depan Indonesia tak terlalu terpengaruh dengan pelemahan rupiah, pemerintah akan memperkuat ekspor untuk memperkuat devisa negara. Hal itu, kata dia, ditempuh dengan mempertahankan posisi perdagangan yang baik dengan negara-negara mitra.
Wapres mencontohkan, pekan lalu pemerintah melakukan rapat dengan kementerian terkait untuk mepercepat semua perundingan perdagangan bebas seperti dengan Uni Eropa dan Australia.
Nilai tukar rupiah rebound dari level terendahnya dalam lebih dari dua tahun terakhir, pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (24/4/2018).
Rupiah ditutup rebound 0,62% atau 86 poin di Rp13.889 per dolar AS, setelah dibuka dengan apresiasi 54 poin atau 0,39% di Rp13.921 per dolar AS.
Rupiah berhasil mengakhiri pelemahan selama empat hari perdagangan terakhir setelah pada perdagangan kemarin, Senin (23/4), rupiah ditutup melemah 0,59% ke level Rp13.975 per dolar AS sebagai level terendah dua tahun lebih.
Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.872 – Rp13.976 per dolar AS.
Rupiah memimpin penguatan mata uang di Asia hari ini yang mayoritas terapresiasi. Penguatan rupiah diikuti oleh baht Thailand yang menguat 0,28% dan dolar Singapura yang naik 0,21%.