Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan baja di negara maju diproyeksikan mengalami peningkatan hingga 1,8% pada tahun ini.
Prospek permintaan baja di AS diperkirakan tetap kuat ditopang oleh fundamental ekonomi yang positif berupa tingkat konsumsi dan investasi yang kuat karena kepercayaan yang tinggi dan pendapatan yang meningkat.
“Sektor manufaktur didukung oleh dolar yang rendah dan peningkatan investasi, sementara kenaikan harga perumahan dan stabilnya pertumbuhan sektor non-perumahan menuju sektor konstruksi yang sehat,” papar worldsteel, dikutip Bisnis, pada Rabu (18/4/2018).
Adapun, Negeri Paman Sam mengharapkan dengan adanya reformasi pajak akan berpotensi meningkatkan permintaan baja melalui dampak positifnya terhadap investasi kendati muncul beberapa kekhawatiran terhadap situasi ekonomi yang memanas.
Di bumi belahan lain, perekonomian Uni Eropa telah mengalami momentum penguatan di berbagai negara. Dengan didorong oleh permintaan domestik dan eksternal yang kuat, investasi diperkirakan akan tetap menjadi penggerak pertumbuhan utama, sementara inflasi rendah, upah dan pertumbuhan pendapatan riil akan mendukung konsumsi swasta.
“Permintaan baja akan didukung oleh pengangkutan dalam konstruksi non—perumahan dan kegiatan manufaktur yang kuat,” lanjutnya.
Baca Juga
Sementara itu, sektor otomotif di Uni Eropa dan AS diperkirakan akan moderat karena efek jenuh dan naiknya suku bunga, sedangkan sektor permesinan diperkirakan akan mendapat manfaat dari meningkatnya investasi.
Di samping itu, laporan worldsteel juga memproyeksikan pertumbuhan permintaan baja pada 2019, namun melambat dari tahun ini menjadi 1,1%. Perlambatan ini disinyalir akibat perkiraan pengetatan moneter yang terjadi di kedua negara besar tersebut.
Selain itu juga, permintaan baja di Jepang telah diuntungkan dari meningkatnya sentimen investasi dan stimulus pemerintah, tetapi ruang lingkup pertumbuhan akan terus dibatasi oleh faktor struktural seperti populasi yang menua.
Adapun di Korea Selatan, pertumbuhan permintaan baja akan dibatasi oleh utang konsumen yang tinggi, melemahnya konstruksi, dan sektor galangan kapal yang tertekan.