Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sekelompok mata uang utama dunia rebound setelah mengalami pelemahan sepanjang empat sesi berturut–turut.
Perdagangan penutupan pada Kamis (12/4) mencatat dolar AS bergerak naik 0,13% menjadi 89,688. Sehari sebelumnya, harga menyentuh level 90, namun tidak bertahan lama dan kembali bergerak di kisaran level 89 pada 4 perdagangan terakhir.
Dolar menghentikan penurunan empat sesi beruntun karena pedagang menutup posisi short sambil menunggu keputusan Presiden AS Donald Trump terhadap konflik Suriah.
Selain itu, greenback juga mendapatkan dukungan optimisme risalah rapat dewan kebijakan moneter atau Federal Open Market Committee pada Maret yang mengisyaratkan arah tingkat dolar AS yang lebih naik, bahkan saat perang perdagangan menimbulkan risiko.
Adapun, investor melihat potensi kenaikan suku bunga lainnya pada pertemuan kebijakan yang digelar pertengahan Juni. “Dolar mungkin mendapatkan beberapa dukungan tambahan selama beberapa menit keluarnya risalah FOMC,” papar Derek Halpenny, kepala riset pasar global di MUFG.
“Satu pertanda pada pandangan optimisme pada pertumbuhan ekonomi AS ialah risiko penurunan dari eskalasi konflik perdagangan. Kita juga sekarang melihat risiko meningkatnya eskalasi militer konflik di Suriah,” lanjutnya.
Baca Juga
Halpenny menuturkan bahwa kedua faktor tersebut memiliki peran dalam mengembalikan penguatan dolar.
“Dolar pulih sedikit karena tidak ada tindakan khusus yang diambil sejauh ini oleh Presiden Donald Trump, investor menutup sebagian dari posisi yang dibangun kemarin,” kata Koji Fukayam Chief Executive Officer FPG Securities yang berbasis di Tokyo.