Bisnis.com, JAKARTA – Departemen Perindustrian, Inovasi, dan Sains Australia menaikan proyeksi harga bijih besi dalam jangka pendek.
Australia, eksportir bijih besi terbesar di dunia melalui departemen tersebut pada Senin (9/4) mengungkapkan harga rata—rata bijih besi kemungkinan sebesar US$61,80 per ton pada tahun ini dan US$51,10 per ton pada 2019.
Angka proyeksi tersebut lebih tinggi dibandingkan prediksi sebelumnya sebesar US$52,60 per ton untuk 2018 dan US$48,80 per ton untuk 2019. “Harga diperkirakan moderat, lebih mencerminkan dasar dari meningkatnya pasokan dari Brasil dan permintaan moderat dari China,” paparnya.
Departemen memprediksi bahwa meningkatnya volume global pada tahun ini serta tahun depan didorong oleh tambang baru, termasuk proyek S11D oleh tambang raksasa Vale SA di Brasil.
Sementara itu, terpantau, harga bahan baku baja tersebut telah jatuh pada periode Maret menjadi bearish lantaran investor cemas terkait permintaan musim semi yang lebih lemah dari perkiraan di China dan kegugupan tentang pertumbuhan global akibat perang dagang Amerika Serikat dan China.
Bank Investasi Barclays Plc menilai adanya risiko pelemahan lebih lanjut pada kuartal kedua, menyoroti potensi untuk beralih pada bijih berkualitas lebih tinggi seiring dengan tindakan Beijing dalam memerangi polusi.