Bisnis.com, JAKARTA - Upaya PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. untuk dapat meraup laba sepanjang tahun ini dinilai sudah on track, merujuk pada program efisiensi perseroan dan ekspektasi jumlah penumpang emiten maskapai milik negara tersebut.
Vice President Research Department PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengungkapkan selain fokus pada hedging nilai avtur, Garuda Indonesia harus menempuh efisiensi, dan agresif menyasar pasar-pasar potensial. Sejauh ini, William menyebut emiten dengan kode saham GIAA tersebut sedang membenahi rute.
"Ada beberapa pasar yang bisa digarap GIAA seperti penumpang haji, atau beberapa tujuan yang ramai wisatawannya di Indonesia seperti China. Pasar-pasar ini seharusnya berkontribusi dalam jangka panjang terhadap pendapatan Garuda," ungkapnya di Jakarta, Rabu (4/4/2018).
William menjelaskan upaya lain yang telah tepat dilakukan maskapai pelat merah tersebut adalah mengefisiensikan penggunaan pesawat. Garuda Indonesia memang sempat menunda pemasukan sejumlah pesawat, sehingga dapat terhindar dari beban tambahan yang berpotensi tidak menghasilkan.
Managing Director Lembaga Managemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LMFE UI) Toto Pranoto pun menggarisbawahi upaya kenaikan pendapatan Garuda Indonesia sebaiknya diarahkan pada perluasan pelayanan di rute-rute gemuk.
Managing Director Lembaga Managemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LMFE UI) Toto Pranoto mengungkapkan beberapa rute luar negeri Garuda Indonesia memiliki tingkat keterisian penumpang rendah, sehingga perlu dievaluasi.
Baca Juga
“Misalnya sekarang Garuda Indonesia ada penerbangan yang long distance ke Uni Eropa tapi tingkat keterisiannya relatif di bawah 50%. Sebaiknya dipindahkan rute-rute tadi ke wilayah yang penumpangnya gemuk seperti Asia Timur, yang dari China, Korea Selatan, dan Jepang,” ungkap Toto.
Toto menyampaikan saat ini turis asal China misalnya, membutuhkan lebih banyak penerbangan ke Indonesia, namun tidak seluruhnya dapat terangkut dengan penerbangan yang sudah tersedia saat ini. sedikitnya satu pertiga turis asing yang datang ke Indonesia berasal dari Negara Tembok Raksasa.