Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aktivitas Pengeboran AS Lebih Rendah, Harga Minyak Naik

Harga minyak mengalami kenaikan pada Senin (2/4/2018), terangkat oleh sentiment penurunan aktivitas pengeboran di Amerika Serikat di samping ekspektasi bahwa AS berpotensi kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran.
Harga minyak naik/Ilustrasi
Harga minyak naik/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mengalami kenaikan pada Senin (2/4/2018), terangkat oleh sentiment penurunan aktivitas pengeboran di Amerika Serikat di samping ekspektasi bahwa AS berpotensi kembali memberlakukan sanksi terhadap Iran.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan Senin (2/4/2018) pukul 09.40 WIB menguat 0,33 poin atau 0,51% menjadi US$65,27 per barel di New York Merchantile Exchange.

Adapun, pada waktu yang sama, harga minyak Brent naik 0,49 poin atau 0,71% menuju US$69,83 per barel di ICE Futures Europe yang berbasis di London.

Kepala perdagangan untuk Asia/Pasifik di broker berjangka OANDA di Singapura Stephen Innes menuturkan bahwa harga mendapat dukungan dari laporan mingguan yang menunjukkan adanya penurunan aktivitas pengeboran pada produksi minyak di AS.

Berdasarkan informasi dari Baker Hughes, perusahaan jasa energi General Electric Co, pengeboran AS memotong 7 rig minyak pada pekan yang berakhir pada 29 Maret sehingga totalnya turun menjadi 797 rig. Angka ini merupakan pertama kalinya dalam 3 pekan bahwa jumlah rig mengalami penurunan.

Di samping itu, Innes juga menuturkan bahwa harga mendapatkan dukungan dari pemberlakuan sanksi AS terhadap Iran, salah satu produsen terbesar minyak mentah OPEC yang berkontribusi pada pasar minyak global.

“Pasar minyak tetap gelisah terkait apakah pemerintah AS akan mempertahankan kesepakatan nuklir yang rapuh dengan Iran,” papar Innes.

Kendati demikian, para pedagang dan analis, dilansir dari Reuters berpendapat bahwa meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China kemungkinan akan membebani sentimen dan dapat mendorong perdagangan volatile dalam beberapa hari mendatang.

Kementerian Keuangan Negeri Panda pada Minggu malam mengumumkan bahwa China memberlakukan tarif tambahan hingga 25% pada 128 produk AS sebagai tanggapan terhadap tarif impor atas aluminium dan baja China oleh Paman Sam.

“Investor mendapat petunjuk dari penurunan jumlah pengeboran AS, namun meningkatnya gesekan perdagangan antara China dan AS kemungkinan akan mengguncang pasar global dan menodai sentiment bullish di pasar minyak mentah,” kata Wang Xiao, head of crude oil research di Guotai Junan Futures.

Volume perdagangan pada hari Senin cenderung menjadi rendah karena banyak negara, terutama di Eropa, akan tetap pada liburan Paskah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper