Bisnis.com, JAKARTA – Emiten penyedia jasa infrastruktur telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. akan menjaga arus kas internal selalu stabil sehingga perusahaan dapat bergerak cepat jika ada peluang ekspansi bisnis.
Chief Financial Officer (CFO) PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Helmy Yusman Santoso mengungkapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 27 April mendatang, perseroan akan mengajukan persetujuan untuk beberapa aksi korporasi.
“Kami mengajukan untuk penerbitan notes senilai US$850 juta, itu adalah plan kami untuk melakukan refinancing kalau kondisi market sedang bagus. Nilainya memang besar karena pinjaman kami dalam dolar juga mendekati itu,” ungkap Helmy saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (21/3/2018).
Helmy menyampaikan jika tidak ada keperluan mendesak, perusahaan tidak akan mengeksekusi penerbitan notes tersebut. Yang jelas, perusahaan akan terlebih dahulu memegang restu pemegang saham dan memiliki waktu hingga setahun ke depan untuk mempertimbangkan realisasi rencana tersebut.
Terkait utang perseroan. Helmy menyampaikan pada tahun ini emiten grup Saratoga tersebut tidak memiliki pinjaman jatuh tempo. Utang terdekat akan jatuh tempo pada 2019, sedangkan saat ini perusahaan memiliki EBITDA Rp3,6 triliun yang dengan leluasa dapat digunakan untuk keperluan ekspansi.
Adapun, pada tahun lalu perusahaan juga mengajuka penerbitan obligasi senilai US$500 juta, tetapi realisasinya nihil karena kinerja saham dan fundamental perusahaan masih kuat menopang operasional.
Selain itu, Helmy menyebut rencana serupa juga akan diberlakukan pada plan perusahaan untuk melakukan buyback saham. Rencana tersebut juga bisa saja tidak dieksekusi, jika harga saham masih sesuai dengan fundamental perusahaan.
Sebagaimana diketahui, TBIG berencana menerbitkan surat utang atau notes dengan nilai sebanyak-banyaknya US$850 juta dengan kupon 8%. Berdasarkan prospectus yang dipublikasikan perseroan, dana tersebut akan digunakan untuk pembayaran utang dan operasional perusahaan.
Rencana lainnya yaitu buyback saham maksimal 204 juta saham atau setara 4,5% dari modal ditempatan dan disetor penuh oleh perseroan. Untuk rencana ini, TBIG harus menyiapkan dana sedikitnya Rp1,2 triliun dengan harga sagam rata-rata Rp5.775.