Bisnis.com, JAKARTA – PT Sinarmas Sekuritas Tbk telah mengantongi mandat untuk melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) untuk tiga perusahaan pada tahun ini. Dua di antaranya ditargetkan dapat melangsungkan proses IPO pada semester I/2018.
Rencananya, IPO pada dua perusahaan tersebut akan menggunakan laporan keuangan full year 2017, sedangkan satu perusahaan baru memasuki masa penjajakan sehingga belum diprediksikan kapan dapat melantai di bursa saham.
Harta Setiawan, Associate Director PT Sinarmas Sekuritas menyampaikan dari kedua perusahaan yang telah memandatkan IPO, salah satunya merupakan sektor manufaktur. Kendati demikian, dia enggan merincikan jenis produk yang dihasilkan perusahaan tersebut.
“Sementara ini di semester I/2018 kami masih [memproses] tiga perusahaan. Ada yang physical product seperti PT Tridomain Performance Materials [perusahaan underwrite Sinarmas yang baru saja IPO]. Yang satu lagi itu sektor properti,” ungkap Harta di Jakarta, Kamis (8/3/2018).
Harta menolak menyebutkan berapa nilai aset kedua perusahaan tersebut. Untuk satu perusahaan sektor properti tersebut, dia memprediksi dapat segera mengumumkan pelaksanaan IPO pada akhir bulan ini.
“Satu perusahaan lagi itu kami belum dapat menyampaikan bergerak di sektor apa, karena masih baru penjajakan awal,” ungkap Harta. Dari dua perusahaan yang akan segera IPO, target raihan danannya diprediksi tidak mencapai Rp1 triliun.
Baca Juga
Sementara itu, Sinarmas Sekuritas juga sedang menggarap beberapa penerbitan obligasi dan surat utang jangka menengah atau medium term notes untuk sejumlah perusahaan pada tahun ini. Sektor perusahaan yang akan menerbitkan surat utang cukup bervariasi.
Harta menyampaikan nilai obligasi yang akan segera diterbitkan yaitu sekitar Rp4 triliun—Rp5 triliun. Dengan penerbitan MTN, Sinarmas Sekuritas memprediksi akan menerbitkan surat utang senilai Rp12 triliun—Rp13 triliun dalam waktu dekat. Harta belum dapat memprediksi mandat penerbitan surat utang perusahan sampai akhir tahun.
“Memang ada kecenderungan Amerika Serikat akan segera menaikkan suku bunga, tetapi [yield] kita masih dapat bertahan,” ungkapnya.