Bisnis.com, JAKARTA – Persediaan seng global tercatat mengalami kenaikan sehingga menyebabkan harga komoditas logam dasar tersebut mengalami tekanan akhir-akhir ini.
Berdasarkan data dari perdagangan resmi China yang dilansir dari informasi Reuters, kumulatif stok seng mencapai 291.000 ton seng olahan memasuki negara tersebut pada periode November 2017-Januari 2018.
Angka tersebut merupakan total 3 bulan terbesar sejak 2009 yang merupakan tahun pergolakan besar dalam arus perdagangan logam setelah krisis keuangan global.
Sementara itu, stok seng yang terdaftar di Shanghai Futures Exchange (SHFE) yang sempat turun 84.000 ton pada tahun lalu, telah pulih oleh 46.000 ton sejak awal Januari menjadi 114.887 ton pada saat ini. Angka ini merupakan level tertinggi sejak Mei 2017.
Peningkatan stok seng menyebabkan tekanan pada harga seng. Pada penutupan perdagangan Senin (5/3), harga seng di London Metal Exchange (LME) melemah 59 poin atau 1,76% menjadi US$3.296 per ton, pelemahan 5 sesi berturut-turut.
Harga logam dasar ini telah berbalik melemah dari level tertinggi lebih dari 5 tahun sebesar US$3.575 per ton yang dicapai pada 16 Februari 2018.
Baca Juga
Kendati dibayang-bayangi oleh kondisi bearish, pasar masih melihat bullish, apalagi adanya proyeksi peningkatan permintaan berdasarkan data International Lead and Zinc Study Group (ILZSG).
ILZSG memproyeksikan pertumbuhan permintaan seng global pada 2018 akan meningkat menjadi 2,5% secara year on year (yoy) dari 0,7% yoy di 2017.