Bisnis.com, JAKARTA-National Australia Bank (NAB) Group Economics dalam laporannya akhir Februari 2018 menyampaikan, fundamental logam belum mengalami banyak perubahan seperti pada 2017.
Di samping itu, pergerakan dolar AS dan sentimen investor dapat membuat harga logam cenderung stabil pada tahun ini.
"Pasar logam industri diperkirakan mengalami tren deifisit pada 2018. Sementara itu, harga emas masih berpotensi mengilap walaupun Fed mengerek suku buga 3 kali tahun ini," paparnya dikutip Bisnis, Minggu (4/3/2018).
Pasar tembaga diperkirakan mengalami defisit karena tingginya permintaan dan pengurangan eksplorasi. Adapun, aluminium didukung penurunan kapasitas produksi China.
Seng diperkirakan menjadi logam dengan jumlah defisit paling besar. Sementara harga nikel mendapat sentimen positif dari permintaan baterai mobil, meskipun diproyeksi mengalami volatilitas paling tinggi di antara logam lainnya.
Pada 2018, rerata harga tembaga diperkirakan mencapai US$7.020 per ton, aluminium US$2.250 per ton, seng US$3.270 per ton, nikel US$11.390 per ton, dan timbal US$2.450 per ton.
Baca Juga
Adapun, untuk logam mulia, NAB memprediksi harga emas dapat mencapai kisaran US$1.360 per troy ounce.