Bisnis.com, JAKARTA – Volatilitas harga emas yang terjadi menjelang kenaikan tingkat suku bunga dalam waktu dekat ini diyakini merupakan skenario dari pasar.
Sepekan ke depan, emas diprediksi akan mengalami penguatan hingga mencapai level di atas US$1.330 per troy ounce, lalu kembali jatuh hingga menyentuh level US$.1.300 per troy ounce, atau jatuh sebanyak US$30 dolar AS.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan, skenario pasar emas cukup mudah ditebak di tengah—tengah kondisi kontroversial yang terjadi di Amerika Serikat.
“Secara teknikal harga emas jatuh, namun ada sentimen yang masih bisa menguatkan logam mulia itu pada beberapa hari ke depan, kira—kira Senin sampai Rabu. Lalu kembali jatuh,” kata Ibrahim ketika dihubungi Bisnis, Minggu (4/3).
Ibrahim menjelaskan bahwa emas telah menyentuh level terendahnya di US$1.305 per troy ounce pada pekan lalu akibat ekspektasi kenaikan suku bunga.
Namun di luar dugaan, menurutnya, pasar beralih fokus ke pernyataan Trump mengenai penerapan tarif impor baja dan aluminium.
Baca Juga
“Statemen Trump telah melawan pasar, sehingga pelaku pasar kembali ke safe haven,” jelasnya kepada Bisnis.
Selain itu, faktor yang turut mendorong penguatan harga emas juga datang dari kondisi panasnya geopolitik antara Amerika Serikat dan Rusia terhadap perang Suriah yang berpotensi semakin memperbesar jurang perbedaan antara Washington dan Moskow.
Seperti diketahui, kondisi geopolitik memberi dampak positif bagi aset yang aman sehingga prediksi adanya kenaikan harga emas akan terjadi meskipun terbatas waktu.
Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa harga emas juga masih akan dibayang—bayangi oleh ekspektasi kenaikan suku bunga sehingga potensi pelemahannya juga ada di depan mata.
“Walaupun harga naik, kemungkinan akan jatuh juga karena pelaku pasar fokus kembali pada kenaikan suku bunga.”
Kembalinya fokus pasar pada kenaikan suku bunga The Fed merupakan gambaran yang jelas pada tertekannya aset safe haven seperti emas.
Ibrahim memproyeksikan, setelah mengalami penguatan, harga emas akan turun ke level US$1.300 per troy ounce.
Ekspektasi tersebut juga didukung oleh informasi bahwa Uni Eropa dan China tidak akan tinggal diam dan akan melawan perang dagang Amerika Serikat.