Bisnis.com, JAKARTA – ICBC Standard Bank memproyeksikan pada tahun ini keseluruhan pasar logam dasar akan mengalami defisit. Kondisi tersebut mendorong harga komoditas-komoditas tersebut semakin naik.
Logam dasar yang dimaksud di antaranya aluminium, nikel, tembaga, timbal, dan seng. Aluminium yang merupakan satu-satunya logam yang surplus di tahun lalu diperkirakan akan mengalami defisit pada 2018 lantaran pihak berwenang China mendorong reformasi pasokan.
“Kami paling bullish pada nikel dan tembaga, diprediksi kekurangan di pasar akan berlanjut hingga 2020, sementara timbal dan seng memuncak terbatas,” paparnya.
Bank yang beroperasi pada pasar keuangan dan komoditas tersebut menjelaskan bahwa harga nikel semakin melaju karena kuatnya prospek penggunaan kendaraan listrik, namun permintaan yang kuat dari industri stainless steel akan mendorong pasar ke kondisi defisit yang lebih dalam hingga dua tahun ke depan.
Nikel diproyeksikan akan mengalami reli ke level US$15.000 per ton pada 2020 karena persediaan yang menurun. Perkiraan ini naik dari proyeksi tahun ini di level US$13.375 per ton. Sementara pada saat ini, terpantau harga nikel bergerak di US$13.960 per ton.
“Perkiraan harga kunci untuk 2018, tembaga sebesar US$7.257 per ton vs US$7.118 per ton yang tercatat saat ini. Aluminium sebesar US$2.150 per ton vs US$2.148 per ton sekarang. Adapun, seng sebesar US$3.513 per ton vs US$3.531,50 per ton sekarang,” lanjutnya.
Baca Juga
Dilansir dari Bloomberg, sepanjang tahun Anjing Tanah berjalan, harga logam dasar dominan mengalami pertumbuhan di London Metal Exchange (LME).
Nikel memimpin penguatan sebesar 7,88% disusul seng yang tumbuh sekitar 5,54% dan timbal sebesar 1,75%. Sementara itu, secara year to date (ytd) aluminium dan tembaga melemah, masing-masing 5,64% dan 2,10%.