Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Strategi Emiten Batu Bara Indo Tambangraya Megah (ITMG) pada 2018

Sama seperti tahun sebelumnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) masih menerapkan strategi volume produksi dan penjualan batu bara yang moderat.

Bisnis.com, JAKARTA—Sama seperti tahun sebelumnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) masih menerapkan strategi volume produksi dan penjualan batu bara yang moderat.

Direktur Marketing Indo Tambangraya Megah Jusnan Ruslan menyampaikan, pada 2018 manajemen menargetkan volume produksi dan penjualan batu bara yang sama seperti 2017. Kendati demikian, kinerja perusahaan dapat meningkat seiring dengan memanasnya harga batu bara.

“Target volume produksi dan volume penjualan [batu bara 2018] akan lebih kurang akan sama dengan volume produksi dan volume penjualan aktual 2017,” tuturnya kepada Bisnis.com, melalui surat elektronik.

Sebelumnya pada 2017 manajemen menargetkan produksi batu bara sejumlah 22,6 juta ton, dan volume penjualan sebesar 23,5 juta ton. Angka tersebut menurun dari realisasi produksi pada 2016 sebanyak 25,6 juta ton.

Menurut Jusnan, permintaan batu bara di pasar domestik dan global akan cenderung meningkat. Tahun ini, diperkirakan harga batu bara internasional akan bertahan di dalam kisaran US$85—US$95 per ton.

Pada perdagangan Senin (29/1/2018) pukul 16.20 WIB, harga batu bara Newcastle kontrak Februari 2018 naik 1,30 poin atau 1,20% menuju US$109,55 per ton. Harga memanas 9,44% secara year to date (ytd).

Untuk meningkatkan pendapatan, perusahan akan akan mencari peluang di pasar baru terutama di negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi. Termasuk di dalamnya ekspansi ke konsumen domestik.

Sepanjang 9 bulan pertama 2017, ITMG merealisasikan penjualan batu bara sejumlah 16,5 juta ton. Lima negara yang menjadi pangsa pasar terbesar ialah Jepang sejumlah 3,7 juta ton, China 3,1 juta ton, Thailand 2,2 juta ton, Indonesia 1,9 juta ton, dan India 1,6 juta ton.

Jusman menyampaikan, perusahaan akan menambah cadangan batu bara baik dengan pembangunan organik maupun anorganik. Manajemen juga terbuka terhadap peluang untuk memaksimalkan nilai sepanjang rantai energi mulai dari hulu sampai dengan hilir.

“Kami pun memerkirakan kenaikan belanja modal di tahun ini dibandingkan tahun lalu karena investasi alat-alat berat dan port terminal. Biaya akan berasal dari internal,” paparnya.

Pada 2017, perusahaan mengalokasikan belanja modal senilai US$60,3 juta, dengan lokasi terbesar untuk Trubaindo senilai US$22,2 juta. Per September 2017, realisasi capex mencapai US$34 juta.

Jusman menambahkan, saat ini manajemen belum berencana melakukan aksi korporasi sehubungan dengan alternatif pencarian dana. Namun, hal ini bergantung kepada seberapa besar kebutuhan dana nantinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper