Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja keuangan emiten farmasi pelat merah, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. pada 2017 berhasil membukukan laba bersih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan Kimia Farma I.G.N Suharta Wijaya mengungkapkan bahwa perusahaan membukukan laba bersih Rp331 miliar berdasarkan prognosa atau laporan keuangan 2017 yang belum melalui proses audit. Jumlah itu meningkat 21,69% dibandingkan dengan pencapaian pada 2016 senilai Rp272 miliar.
Suharta menjelaskan bahwa pencapaian tersebut berkat efisiensi yang dilakukan oleh emiten berkode saham KAEF tersebut. Perseroan menekan harga pokok produksi (HPP) dengan mengefisienkan pengeluaran produksi di pabrik, distribusi atau supply chain, serta penjualan eceran.
“Efisiensi yang kita lakukan menolong banyak [pencapaian laba bersih] pada 2017,” ujarnya kepada Bisnis.com, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (24/1/2018).
Dengan pertumbuhan tersebut, sambungnya, perseroan masih optimistis dengan pencapaian yang bakal diraih pada 2018. Tahun ini, KAEF menargetkan pertumbuhan laba bersih sebesar 20%.
Selain pertumbuhan laba bersih, perusahaan pelat merah tersebut juga mencatatkan kenaikan pendapatan usaha secara year on year. Tercatat, pendapatan usaha naik dari Rp5,81 triliun pada 2016 menjadi Rp6,21 triliun pada 2017.
Akan tetapi, tercatat kenaikan utang usaha pada tahun ini. Posisi utang KAEF naik dari 2,34 triliun menjadi Rp3,48 triliun.
Kendati demikian, Suharta mengatakan pada tahun ini perusahaan masih mengandalkan pendanaan dari perbankan mengingat perusahaan mengantongi rating yang cukup tinggi. Namun, perusahaan tetap berencana mengemisi surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) pada tahun ini.
“Kita ada pipeline MTN sekitar Rp400 miliar akan kita tarik pada kuartal I/2018. Kuponnya ingin lebih rendah dari yang terakhir kemarin 8,1% karena kondisinya sedang baik,” jelasnya.